Senin 13 Apr 2020 13:46 WIB

Khofifah Klaim Angka Kemiskinan Jatim Turun

Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, selama 2019 melampaui pertumbuhan ekonomi nasional.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Andi Nur Aminah
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kanan) menyapa warga saat melakukan kunjungan kerja di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Senin (2/3/2020).
Foto: Antara/Siswowidodo
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kanan) menyapa warga saat melakukan kunjungan kerja di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Senin (2/3/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) tahun anggaran 2019 dalam rapat Paripurna di Kantor DPRD Jatim, Surabaya, Senin (13/4). Khofifah menyampaikan laporan berbagai program pembangunan selama  2019 kepada Ketua DPRD Jatim Kusnadi, para wakil ketua, serta anggota DPRD Jatim baik yang hadir di ruang paripurna, maupun yang mendengarkan secara virtual.

Dalam paparannya, Khofifah mengungkapkan, pendapatan daerah Pemprov Jatim sebesar Rp 33,45 triliun. Artinya, terealisasi 100,08 persen dari target Rp 33,42. Lalu, belanja daerah yang direalisasikan sebesar Rp 34 triliun atau sebesar 89,48 persen dari rencana sebesar Rp 38 triliun.

Baca Juga

“Pendapatan tersebut terdiri atas pendapatan asli daerah sebesar Rp 19,32 triliun, dana perimbangan sebesar Rp 17,94 triliun, dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp 186,39 miliar," kata Khofifah.

Adapun pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, kata dia, selama 2019 melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yakni di angka 5,52 persen. Padahal, pertumbuhan nasional berada di kisaran 5,02 persen. Sementara capaian PDRB per kapita tahun 2019 juga meningkat sebesar 6,89 persen, dari 55,43 Juta (tahun 2018) menjadi 59,25 Juta (tahun 2019). Artinya secara rerata, tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Timur juga mengalami peningkatan.

Kinerja perekonomian yang membaik tersebut, lanjut Khofifah, juga diiringi kinerja inflasi tahun 2019 yang cukup terkendali. Laju  Inflasi tahun kalender sampai dengan Desember 2019 mencapai 2,12 persen. Angka ini lebih rendah dibanding Inflasi tahun kalender Desember 2018 yang sebesar 2,86 persen.

“Dibanding provinsi lain di Pulau Jawa, laju inflasi di Jawa Timur adalah yang paling rendah. Pun, jika dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar 2,72 persen,” kata Khofifah.

Khofifah juga menyampaikan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Jawa Timur, dimana selama tiga tahun terakhir terus menunjukkan peningkatan. Yaitu masing-masing 70,27 pada 2017; 70,77 pada 2018, dan mencapai 71,50 pada tahun 2019. “Yang membanggakan, capaian tahun 2019 tumbuh sebesar 1,03 persen, tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan pada tujuh tahun terakhir (2013-2019) sebesar 0,99 persen,” kata dia.

Terkait angka penduduk miskin, per September 2019 presentase penduduk miskin sebesar 10,20 persen, atau menurun sebesar 0,65 persen poin dibanding September 2018 sebesar 10,85 persen. Secara absolut, jumlah penduduk miskin Jawa Timur pada September 2019 sebanyak 4.056.000 jiwa, menurun sebesar 236,15 ribu jiwa dibanding September 2018 sebesar 4.292.150 jiwa.

“Penurunan penduduk miskin tahun 2019 ini adalah terbesar sejak tahun 2013, serta memberikan kontribusi sebesar 26,57 persen terhadap penurunan jumlah penduduk miskin secara nasional,” ujar Khofifah.

Dalam hal capaian Indeks Gini, Jawa Timur berada di angka 0,364 atau turun sebesar 0,007 poin dibandingkan 2018 yang sebesar 0,371. Menurutnya, ini merupakan capaian terendah dalam kurun waktu enam tahun (2013-2018). "Artinya ketimpangan di Jawa Timur makin sempit,” kata Khofifah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement