Ahad 12 Apr 2020 11:35 WIB

Jakarta Islamic School Maksimalkan Aplikasi Daring

JISc memanfaatkan teknologi dengan konten menarik untuk belajar jarak jauh

Jakarta Islamic School (JISc), salah satu sekolah terfavorit di Jakarta Timur memanfaatkan aplikasi daring seperti Zoom dan Google Classroom untuk proses belajar mengajar. Lewat aplikasi tersebut, guru-guru di JISc berinteraksi dengan siswa dengan tatap muka dan rekaman video sehingga anak-anak tetap dapat merasakan suasana belajar seperti di sekolah.
Foto: istimewa
Jakarta Islamic School (JISc), salah satu sekolah terfavorit di Jakarta Timur memanfaatkan aplikasi daring seperti Zoom dan Google Classroom untuk proses belajar mengajar. Lewat aplikasi tersebut, guru-guru di JISc berinteraksi dengan siswa dengan tatap muka dan rekaman video sehingga anak-anak tetap dapat merasakan suasana belajar seperti di sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Jakarta Islamic School (JISc), salah satu sekolah terfavorit di Jakarta Timur memanfaatkan aplikasi daring seperti Zoom dan Google Classroom untuk proses belajar mengajar. Lewat aplikasi tersebut, guru-guru di JISc berinteraksi dengan siswa dengan tatap muka dan rekaman video sehingga anak-anak tetap dapat merasakan suasana belajar seperti di sekolah.

"Tapi hebatnya, di sekolah ini, guru guru JISc membuat konten videonya sendiri. Guru-guru syuting seakan-akan memang sedang di depan murid-muridnya, bedanya ini murid-muridnya di rumah masing-masing. Ini bisa membuat anak semangat dan tidak jenuh di rumah, karena melihat gurunya langsung dalam pembelajaran walaupun dalam online," ujar Fifi. P. Jubilea yang akrab disapa Mam Fifi, pendiri JISc.

Mam Fifi mengungkapkan bahwa dengan memanfaatkan teknologi sebagai sarana belajar mengajar yang dilengkapi dengan konten yang menarik ini maka pembelajaran tetap dapat berjalan walaupun jarak jauh alias online. Anak - anak tetap bisa berinteraksi dengan guru- gurunya, tetap bisa melihat gurunya mengajar walau dalam video, tidak bertatap muka langsung supaya tetap ada ikatan hati antara anak dan gurunya.

"Ide ini diprakarsai oleh Mam Fifi sebagai Principal JISc. Video-video yang dibuat oleh guru-guru JISc lebih menarik karena original, gurunya langsung yang mengajar," ujar Mam Fifi, Jumat (10/4).

Dalam satu hari, JISc memproduksi 15 - 30 video dan memerlukan waktu sekitar 4 jam untuk mengedit 1 video. Total pembuatan satu rekaman untuk satu subject adalah 6 jam dari sejak latihan (agar yang diajar adalah intisarinya), juga latihan suara dll, controlling, take rekaman dan retake bila ada yang tidak sesuai sampai proses editing.

Selain menarik, pembelajaran lewat online di JISc lebih fun untuk murid-murid karena mereka tetap dapat menyaksikan gurunya mengajar, meskipun lewat online. 

Guru dituntut untuk mengajar dengan ceria dan interaktif agar anak-anak tidak jenuh dan juga pengawasan intens atas hadirnya anak-anak pada masa pembelajaran online berlangsung.

Lewat aplikasi Google Classroom, para guru tetap dapat berinteraksi dengan siswa lewat fitur yang disediakan, antara lain: Fitur Stream, Classwork, pemberian tugas di Assignment, dan juga pemberian Materi berupa Video yang dibuat sendiri oleh guru, guru hanya perlu melampirkan link YouTube yang berisi video- video guru tersebut yang telah direkam sebelumnya. 

"Yang dilakukan Jakarta Islamic School sangat berbeda dengan sekolah yang lainnya. Guru-guru di JISc melakukan syuting agar selalu tercipta ikatan hati antara guru dan murid. Jadi pola materi pembelajaranpun berkesinambungan dengan mata pelajaran yang sebelumnya diterima murid-murid ketika di sekolah," kata Mam Fifi dalam keterangan tertulisnya, Ahad (12/4).

Tujuan pembelajaran online melalui Zoom dan Google Classroom, baik secara Live maupun rekaman video, menurut Mam Fifi, adalah untuk memudahkan orang tua sehingga proses pembelajaran berlangsung sesuai metode yang diajarkan di sekolah.

"Kami harapkan dapat memudahkan kami untuk mencapai target pembelajaran dengan kondisi yang tidak menentu begini. Kami khawatir banyak target pembelajaran yang tidak tercapai. Dan akan sangat menyusahkan orangtua murid dalam mencapainya mengingat subject yang sangat banyak yang dimiliki," ujar Mam Fifi. 

Menurut Mam Fifi, dengan belajar lewat media daring, anak-anak dapat mandiri dan tetap merasa dekat dengan gurunya seperti di sekolah. "Mendidik anak agar mandiri dan merasa sekolah, hal yang harus kita raih kembali, ada waktu-waktu belajar yang diperhatikan. Belajar online juga membangun hubungan emosional guru dan siswa tetap terjaga," katanya. 

Semua guru mata pelajaran di JISc memanfaatkan media sosial, teknologi dan aplikasi belajar online tersebut. Mereka melakukan shooting setiap hari sehingga suasana belajar mengajar tetap terasa seperti di sekolah. Video-video yang dibuat dapat dilihat di akun YouTube JISc Nursery & Kindergarten, JISc Primary, dan JISc Secondary.

"Kemungkinan besar program online (JISc online) akan berlangsung cukup lama. Kami memahami adanya kebosanan, tapi hanya ini yang bisa kami lakukan. Kami akan berusaha menyuguhkan edutainment pada anak-anak agar mereka tidak jenuh, terutama untuk program di bulan Ramadhan," ujar Mam Fifi.

Masa belajar di rumah karena pandemi Covid-19 di Jakarta dan sekitarnya kembali diperpanjang. Sudah hampir sebulan para siswa tidak dapat belajar seperti biasa di sekolah. Kondisi ini menuntut para guru untuk lebih interaktif, kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga para siswa tetap mendapat haknya dalam belajar. 

JISc merupakan sekolah Islam internasional yang menyelenggarakan pendidikan tingkat TK, SD, SMP, hingga SMA dan memadukan tiga kurikulum: Nasional, Islamic, dan international (Edexcell center). Selain berlokasi di Jakarta Timur, JISc juga dapat dijumpai di Depok, Jakarta Barat, serta Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBs) dan Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc) di Mega Mendung, Jawa Barat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement