Ahad 12 Apr 2020 09:42 WIB

Risma: Pandemi Covid-19 Memang Global, Tapi Aksi Harus Lokal

Saat teleconference dengan UCLG Aspac, Risma sebut penanganan Covid-19 harus lokal.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Reiny Dwinanda
Saat teleconference dengan UCLG Aspac, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyebut Covid-19 memang pandemi global, namun penanganannya harus lokal.
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Saat teleconference dengan UCLG Aspac, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyebut Covid-19 memang pandemi global, namun penanganannya harus lokal.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menggelar teleconference dengan kepala daerah yang masuk dalam anggota-anggota United Cities and Local Government (UCLG) Asia Pasific (Aspac). Perempuan yang menjabat sebagai presiden UCLG Aspac itu pun mengungkapkan, pertemuan virtual itu ditujukan untuk sama-sama merumuskan cara mengatasi wabah Covid-19.

Risma menjelaskan, dalam teleconference tersebut, Prof Dr Rajib Shaw dari Keio University, Jepang menyatakan, pandemi Covid-19 membutuhkan penanganan dalam skala lokal. Pasalnya, tiap daerah memiliki budaya yang berbeda.

Baca Juga

Risma pun sepakat dengan pendapat tersebut. Menurutnya, perbedaan budaya bisa saja membuat cara penanganan Covid-19 di tiap daerah tak sama.

"Pandemi ini memang global, tapi action harus lokal, karena budaya tiap daerah berbeda, seperti budaya berpelukan. Makanya, Satpol PP aku suruh ke warung-warung karena budaya orang di Surabaya (ngumpul atau cangkruk) di warung-warung itu,” kata Risma, Ahad (12/4).

Risma menilai, penanganan Covid-19 antara Surabaya dengan daerah lain, semisal Palembang dan Medan, pasti juga tak sama. Apalagi, Kota Surabaya memiliki banyak akses masuk, mulai dari pesawat, kapal, kemudian jalan darat. Terlebih, jarak antar daerah juga dekat.

“Itulah kenapa pandemik harus diselesaikan dengan cara lokal masing-masing,” ujar Risma.

Risma mengungkapkan, kota Guangzhou di China bisa membangun rumah sakit secara mandiri sekaligus mendatangkan petugas medis sendiri dari beberapa kota lainnya dalam mengatasi wabah Covid-19. Ia menjelaskan bahwa itu memungkinkan terwujud karena adanya kebijakan sentralistik di China.

"Kalau kita tidak bisa dengan cara itu, karena masing-masing daerah juga mengalami (wabah Covid-19) sendiri," kata Risma.

Wali Kota perempuan pertama di Surabaya itu mengakui, dalam menangani wabah Covid-19, masih ada keterbatasan. Terutama jumlah fasilitas, prasarana, dan sumber daya manusia. Sementara itu, Surabaya sering menjadi rujukan rumah sakit dari daerah. Namun, ia memastikan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan semaksimal mungkin melakukan pencegahan Covid-19.

Risma mengatakan, yang paling penting untuk mengurangi penyebaran Covid-19 adalah dengan sikap disiplin melalui menjaga jarak, memakai masker, dan menjaga kebersihan dengan cara rajin cuci tangan. Tak hanya itu, untuk menekan penyebaran virus, di sejumlah perbatasan pintu masuk ke Kota Surabaya, juga dilakukan penyemprotan disinfektan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement