Sabtu 11 Apr 2020 12:14 WIB

Kasus Baru Covid-19 di China Meningkat

Komisi Kesehatan Nasional China mencatat 46 kasus baru pada Jumat (10/4).

Warga membawa bendera China saat peringatan berkabung nasional untuk para korban Covid-19 di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Sabtu (4/4).
Foto: AP/Ng Han Guan
Warga membawa bendera China saat peringatan berkabung nasional untuk para korban Covid-19 di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Sabtu (4/4).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China pada Sabtu (11/4) melaporkan kenaikan kasus baru virus corona saat otoritas berupaya menghentikan gelombang kedua Covid-19. Kasus baru Covid-19 di Negeri Tirai Bambu ini terutama dari kasus impor dan infeksi tanpa gejala karena pencabutan pembatasan kota serta perjalanan.

Komisi Kesehatan Nasional China mencatat 46 kasus baru pada Jumat (10/4), termasuk 42 kasus impor, yang naik dari 42 kasus dibanding kemarin. Komisi melalui pernyataan mengatakan terdapat 34 kasus baru tanpa gejala, yang turun dari 47 dibanding hari sebelumnya.

Baca Juga

Jumlah total infeksi di China daratan mencapai 81.953. Sementara itu, jumlah total kematian bertambah 3 menjadi 3.339.

Pembatasan perjalanan serta transit yang diberlakukan sejak Januari membantu mengurangi jumlah kasus baru secara signifikan dari tingginya epidemi pada Februari. Namun, para pembuat kebijakan mengkhawatirkan gelombang kedua, yang dipicu oleh kedatangan warga dari luar negeri atau pasien tanpa gejala.

Provinsi Heilongjiang akhir-akhir ini melaporkan lonjakan kasus baru, yakni dari warga China yang tiba dari Rusia, tempat terjadinya lonjakan kasus Covid-19. Otoritas kesehatan Heilongjiang pada Sabtu menyebutkan bahwa provinsi tersebut mencatat 22 kasus impor baru pada Jumat. Semuanya warga China yang datang dari Rusia dan satu kasus lokal baru di ibu kota Provinsi Harbin.

Tak ada kasus baru yang tercatat di Hubei untuk hari ketujuh. Virus yang pertama kali ditemukan di Kota Wuhan pada akhir 2019 telah menyebar ke seluruh dunia dengan menginfeksi lebih dari 1,56 juta orang dan menelan lebih dari 95 ribu jiwa.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement