Sabtu 11 Apr 2020 10:14 WIB

Rihanna dan Jack Dorsey Donasi untuk Korban KDRT

Rihanna dan Jack Dorsey berdonasi untuk korban KDRT selama pandemi Covid-19

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Christiyaningsih
Rihanna dan Jack Dorsey berdonasi untuk korban KDRT selama pandemi Covid-19. Ilustrasi.
Foto: EPA
Rihanna dan Jack Dorsey berdonasi untuk korban KDRT selama pandemi Covid-19. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES – Clara Lionel Foundation (CLF), yayasan nirlaba yang didirikan Rihanna, bersama pendiri Twitter Jack Dorsey mengumumkan bahwa keduanya mendonasikan dana senilai 4,2 juta Dolar AS atau sekitar Rp 66 miliar. Donasi itu diberikan untuk membantu korban kekerasan rumah tangga di Los Angeles (LA) selama pandemi Covid-19. Saat ini, diperkirakan 10 juta orang di LA mengalami KDRT.

Donasi keduanya telah disalurkan kepada pemerintah setempat untuk kemudian disalurkan kepada para korban. "Sumbangan ini memungkinkan untuk memberi dukungan para korban selama 10 pekan. Termasuk memberikan tempat tinggal, makanan, dan konseling untuk individu dan anak-anak mereka," demikian pernyataan dari yayasan CLF dilansir dari Los Angeles Times, Sabtu (11/4).

Baca Juga

Dorsey, yang juga memimpin perusahaan pembayaran mobile Square, mengumumkan di Twitter bahwa ia telah mendonasikan 1 miliar Dolar AS untuk melawan Covid-19 secara global. Fokus bantuannya adalah kesehatan, pendidikan anak dan perempuan, serta bantuan untuk kebutuhan dasar masyarakat terdampak.

"Setelah mengkaji efek dari pandemi ini, kami memutuskan untuk fokus pada kesehatan, pendidikan anak, perempuan, serta penghasilan dasar secara universal. Saya percaya itu mewakili solusi jangka panjang terbaik untuk masalah eksistensial yang dihadapi dunia,” demikian kata Dorsey dalam cuitannya.

Alyson Messenger, seorang pengacara di Jenesse Center yang merupakan sebuah organisasi kekerasan dalam rumah tangga di Los Angeles Selatan, menyampaikan bahwa lockdown telah menjadi skenario terburuk bagi siapa pun yang terjebak dalam hubungan rumah tangga yang kasar.

"Situasi ini pun semakin mempersulit para korban mengakses layanan bantuan," kata Alyson.

Sekretaris Jendral PBB António Guterres juga sempat mencuit di akun Twitternya bahwa selama pandemic Covid-19 banyak wanita yang dikurung dan menghadapi kekerasan di rumahnya. Alih-alih merasa aman selama menjalani karantina mandiri.

“Rumah seharusnya menjadi tempat yang paling aman, tapi bagi mereka tidak. Saya mendesak semua pemerintah untuk mengutamakan keselamatan wanita saat mereka merespons pandemi,” demikian kata Gutteres.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement