Jumat 10 Apr 2020 23:44 WIB

Catatan Lazismu dan BPNP Atas Langkah Tangani Covid-19

Lazismu menilai perlu sinergi bersama hadapi Covid-19.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Nashih Nashrullah
Lazismu menilai perlu sinergi bersama hadapi Covid-19.  (ilustrasi) logo lazismu muhammadiyah
Foto: tangkapan layar filantropi indonesia
Lazismu menilai perlu sinergi bersama hadapi Covid-19. (ilustrasi) logo lazismu muhammadiyah

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN –  Muhammadiyah dan BNPB sepakat menguatkan sinergi dan gotong royong menghadapi Covid-19.

Kesimpulan bersama ini hasil diskusi bertajuk Membangun Ketahanan Pangan di Masa Pandemi yang digelar Muhammadiyah Covid-19 Command Center, Kamis (9/4).     

Baca Juga

Ketua Lazismu PP Muhammadiyah, Prof Hilman Latief, menilai krisis yang dihadapi hari ini berbeda dari yang pernah dirasa masyarakat Indonesia. Karenanya, ini menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga masyarakat sipil. "Khususnya, lembaga filantropi baik yang berafiliasi dengan agama tertentu maupun yang bukan," kata Hilman.    

Dia memaparkan, dalam merespons wabah Covid-19 ini perlu rencana kontijensi jangka pendek. Pertama, lembaga-lembaga masyarakat diminta mampu melakukan relokasi dana dan redesain program.

 

Kedua, tindakan kuratif dan preventif seperti penyemprotan dan penyiapan alat pelindung diri (APD). Ketiga, tanggap urusan pangan dengan mengadakan subsidi pangan baik oleh pemerintah maupun lembaga masyarakat nonpemerintah.

Untuk hadapi wabah Covid-19 yang belum diketahui sampai kapan berlangsung, Hilman menekankan, lembaga filantropi hendaknya tidak cuma beprikir sekadar memberi. Tapi, harus dipikir membangun ketahanan pangan dari hulu ke hilir. 

"Masyarakat sipil harus memikirkan efek jangka panjang wabah ini dengan memikirkan juga bagian hulu pengadaan pangan ini karena kemampuan memberi masyarakat ada batasnya," ujar Hilman.

Pada kesempatan itu, Deputi Sistem dan Strategi BNPB, Wisnu Widjaya, turut menyampaikan, strategi penanggulangan Covid-19 yang dilaksanakan BNPB. 

Dia menuturkan, ini ibarat perang semesta, perang perkotaan satu lawan satu. Setiap orang tidak bisa cuma mengandalkan orang lain. 

Artinya, kata Wisnu, dalam kondisi ini yang Indonesia perlukan harus satu komando, jangan sampai kita malah terjebat perdebatan semata. "Jangan kita kehilangan fokus dan kesatuan, sehingga hilang energi kita pada perdebatan," kata Wisnu. 

Di sisi lain, Wisnu mengakui, kita sebagai bangsa masih belum bisa disiplin, terutama melaksanakan pembatasan jarak. Namun, tidak bisa pula memaksakan kedisiplinan saat ini dengan pemaksanaan karena semua butuh proses panjang. 

Hal itu ditambah edukasi masih rendah, ekonomi kurang baik dan cakupan fasilitas kesehatan masih rendah. Wisnu menyampaikan, bencana Covid-19 ini sangat unik dan kompleks, jadi tidak perlu membadingkan negara-negara lain.

"Bencana itu urusan bersama, maka dihadapi bersama, itu yang menurut kami powerfull," ujar Wisnu.

Wisnu menekankan, Indonesia sebagai bangsa memiliki modal yang besar dengan adanya struktur birokrasi sampai tingkat RT. 

Yang mana, itu sangat beda dengan negara-negara lain, sekaligus jadi kekuatan masyarakat sipil.

Terkait kondisi pangan Indonesia, dia menambahkan, tiga bulan mendatang persediaan pangan masih aman.

"Tapi, ke depannya harus menyiapkan ketahanan pangan dengan baik karena banyak orang menghentikan kegiatannya," kata Wisnu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement