Jumat 10 Apr 2020 23:30 WIB

Muhammadiyah dan BNPB Sepakat Bersatu Hadapi Corona

BNPB dan Muhammadiyah bahu membahu melawan corona.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Muhammadiyah dan BNPB Sepakat Bersatu Hadapi Corona. Foto: Ilustrasi Penyebaran Virus Corona
Foto: MgIT03
Muhammadiyah dan BNPB Sepakat Bersatu Hadapi Corona. Foto: Ilustrasi Penyebaran Virus Corona

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PP Muhammadiyah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sepakat bergotong-royong dan bersatu menghadapi Covid-19. Hal tersebut diungkapkan mereka saat mengadakan dihiasi mingguan acara online pada Kamis (9/4) kemarin.

Dalam diskusi yang digelar secara daring tersebut, Ketua Lazismu PP Muhammadiyah Hilman Latief mengatakan, bahwa krisis yang dihadapi saat ini berbeda dari biasanya karena dirasakan hampir semua warga masyarakat Indonesia. Karenanya kata dia, harus dihadapi segara bersama-sama tanpa memandang agama maupun golongan.

Baca Juga

“Ini menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga masyarakat sipil khususnya lembaga filantropi baik yang berafiliasi dengan agama tertentu maupun yang bukan,” katanya Hilman dalam siaran pers, Jumat (10/4).

Hilman mengatakan bahwa dalam konteks ketahanan pangan terkait wabah Covid-19 ini harus dicermati siapa kelompok terdampak yang paling utama. Karena hampir semua sektor terdampak wabah Covid-19 ini baik formal maupun informal yang menjadi sektor terbesar di Indonesia.

“Yang perlu mendapat perhatian khusus adalah kelompok rentan seperti lansia, anak-anak dan bayi, mereka harus mendapat perhatian khusus,” ujarnya. 

Karenanya Hilman memaparkan, dalam merespon wabah Covid-19 ini perlu ada rencana kontinjensi jangka pendek. Pertama, lembaga-lembaga masyarakat harus melakukan relokasi dana dan redesain program. Kedua, yang sudah banyak dilakukan, yaitu tindakan kuratif dan preventif seperti penyemprotan serta penyiapan APD. Ketiga, adalah tanggap urusan pangan dengan mengadakan subsidi pangan baik oleh pemerintah maupun lembaga masyarakat non pemerintah. 

Untuk menghadapi wabah Covid-19 yang tidak tahu sampai kapan berlangsung ini, Hilman juga menekankan lembaga filantropi hendaknya tidak hanya berpikir untuk sekedar memberi tetapi juga harus dipikirkan membangun ketahanan pangan dari hulu ke hilir.

“Masyarakat sipil harus memikirkan efek jangka panjang wabah ini dengan memikirkan juga bagian hulu pengadaan pangan ini karena kemampuan memberi masyarakat ada batasnya,” kata dia.

 

Sementara itu, Deputi Sistem dan Strategi BNPB Wisnu Widjaya, menyampaikan strategi penanggulangan Covid-19 yang dilaksanakan BNPB. Bahwa dalam menyikapi wabah Covid-19 ini ibarat perang semesta, perang perkotaan satu lawan satu yang mana setiap orang tidak bisa semata-mata mengandalkan orang lain.

“Yang kita perlukan harus satu komando, jangan kita kehilangan fokus dan kesatuan sehingga hilang energi kita pada perdebatan,” katanya.

Di sisi lain, Wisnu juga mengakui fakta bahwa sebagai bangsa masih ada masyarakat yang tidak bisa disiplin terutama untuk melaksanakan pembatasan jarak. Namun, lanjutnya, tidak bisa pula memaksakan kedisiplinan saat ini apalagi dengan pemaksaan, karena semua hal tersebut membutuhkan proses panjang, ditambah edukasi masih rendah, ekonomi kurang baik dan cakupan fasilitas kesehatan masih rendah.     

“Kita tidak perlu membandingkan dengan negara lain. Bencana itu adalah urusan bersama maka dihadapi bersama, itu yang menurut kami powerfull,” kata Wisnu.

Wisnu menambahkan, sebagai bangsa punya modal sosial yang besar dengan adanya struktur birokrasi sampai tingkat RT ini yang berbeda dengan negara lain juga adanya kekuatan masyarakat sipil.

Sedangkan terkait dengan pangan, Wisnu menegaskan tiga bulan ke depan stok pangan masih aman. Tetapi ke depannya harus menyiapkan ketahanan pangan dengan baik karena banyak orang menghentikan kegiatannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement