Jumat 10 Apr 2020 16:03 WIB

Pantaskah Mereka Jadi Korban?

Dokter dan perawat adalah teman paling setia yang menemani pasien.

Weni Hastuti, Rektor ITS PKU Muhammadiyah Surakarta, Dewan Pertimbangan DPD PPNI Kota Surakarta.
Foto: Dokumen.
Weni Hastuti, Rektor ITS PKU Muhammadiyah Surakarta, Dewan Pertimbangan DPD PPNI Kota Surakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Weni Hastuti

Rektor ITS PKU Muhammadiyah Surakarta, Dewan Pertimbangan DPD PPNI Kota Surakarta

Peningkatan laju Covid-19 di Indonesia sudah tidak lagi bisa dipandang sebelah mata. Berbagai upaya saat ini tengah dicoba untuk menghentikan lajunya. Di saat inilah semua komponen bangsa sedang diuji kesadarannya. Kesadaran akan peran dan status masing-masing sebagai anak bangsa.

Pasien yang menjadi korban diuji kesabarannya menghadapi cobaan yang menimpanya. Pemerintah diuji kesigapannya dalam membuat kebijakan yang berpihak pada keselamatan rakyatnya, agar tidak terus bertambah korban berjatuhan akibat virus corona.

 

Rakyat diuji kepatuhannya terhadap setiap imbauan pemerintah yang diserukan kepadanya untuk meminimalkan penyebaran virus corona. Petugas kesehatan juga diuji kesetiannya pada sumpah profesinya yang harus siap mengabdikan hidupnya demi kepentingan kemanusiaan khususnya di bidang kesehatan, meskipun nyawa mereka adalah taruhannya.

Ketika terjadi bencana wabah seperti ini, petugas kesehatan adalah garda terdepan yang harus selalu tampil sigap mengatasi masalah kesehatan yang tengah terjadi di masyarakat. Dan harus diakui, dokter, perawat adalah garda paling depannya, yang hampir bisa dikatakan, dokter dan perawatlah yang pertama kali kontak dengan pasien, menemaninya 24 jam, hingga mengantar kepulangannya, apakah pasien pulang dalam keadaan sembuh atau meninggal dunia.

Dokter dan perawat adalah teman paling setia yang menemani pasien selama menghadapi ujian kesehatan dalam hidupnya. Di saat yang lain harus menjaga jarak dari pasien, dokter dan perawat justru harus setia berada di sampingnya dan tidak boleh meninggalkannya.

Kadang kita lupa, bahwa dokter, perawat adalah manusia biasa seperti yang lainnya, yang juga punya risiko tinggi untuk tertular penyakit dari pasien yang dirawatnya. Hal ini terbukti, beberapa waktu yang lalu, Anis Baswedan selaku Gubernur DKI telah mengumumkan adanya 50 lebih tim medis yang telah terinfeksi virus corona dan satu yang telah meninggal dunia.

Meskipun tidak dirinci jenis tenaga medis yang menjadi korban tersebut, kita bisa memastikan bahwa sebagian besar yang menjadi korban adalah dokter dan perawat. Keadaan ini bukan hanya bisa terjadi di DKI, tapi juga akan menyusul daerah daerah yang lain, dan mungkin juga sudah terjadi namun belum terlaporkan. Tentu hal ini bisa dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa bagi tenaga kesehatan, khususnya dokter dan perawat.

Menurut konsep sehat-sakit, seseorang akan sakit apabila memenuhi dua syarat, yaitu adanya keterpaparan dengan suatu penyakit, dan di saat badannya rentan terhadap penyakit. Syarat yang pertama jelas mudah dipenuhi, karena dokter dan perawatlah yang harus senantiasa dekat dengan pasien sebagai sumber penularan penyakit, dan itu bisa berlangsung lama tingkat keterpaparannya.

Syarat yang kedua juga sulit dihindari ketika badannya kelelahan dalam merawat pasien bila tidak diimbangi dengan asupan gizi dan istirahat yang cukup. Memerhatikan kedua syarat untuk sakit di atas, tampaknya dapat ditarik kesimpulan bukan suatu hal yang mustahil apabila dokter dan perawat tertular penyakit dari pasien yang dirawatnya, termasuk tertular virus corona.

Ibarat seorang tentara yang disiapkan untuk perang, tentu mereka harus siap berhadapan dengan musuh sekuat apapun dan dengan persenjataan apapun. Negara yang paham akan peran penting tentara dalam mempertahankan kedaulatan bangsa, maka mereka akan disiapkan alat pertahanan diri dan persenjataan yang lengkap.

Demikian pula dokter dan perawat, sebagai profesi yang memang dari awal disiapkan untuk merawat orang sakit, tentu sudah menjadi kewajiban dokter dan perawat untuk selalu siap berhadapan dengan penyakit pasien jenis apapun, termasuk penyakit yang menular. Dokter dan perawat tidak akan pernah lari menghindar dari tugas merawat pasien, dan mereka menghadapi itu dengan sadar.

Hanya sudah menjadi kewajiban negara untuk membekali seorang dokter dan perawat dengan alat pelindung diri yang memadai dan selalu memperhatikan beban fisik dan mental dari pekerjaan mereka. Kita sepakat bahwa tidak seharusnya tim medis yang mayoritas adalah dokter dan perawat tidak sepantasnya menjadi korban dalam menjalankan tugasnya menghadapi gelombang bencana wabah Covid-19 ini.

Sudah selayaknya, semua dokter dan perawat yang ada di garis depan disetiap rumah sakit, klinik maupun puskesmas, dibekali dengan pakaian pelindung diri yang memadai. Ini adalah bagian dari manajemen risiko, karena kita tidak pernah tahu apakah pasien yang datang berkunjung ke instansi pelayanan kesehatan itu positif corona atau tidak.

Di samping itu tidak berlebihan kiranya apabila setiap dokter dan perawat juga berhak mendapatkan suplemen gizi yang diharapkan mampu untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Ada satu hal yang membuat lega, saat ini pemerintah sudah mengeluarkan pengumuman lowongan pekerjaan tenaga kesehatan untuk membackup kekurangan tenaga kesehatan, termasuk di dalamnya dokter dan perawat dalam menghadapi darurat bencana wabah Covid-19 ini.

Dengan semua upaya ini, kita berharap tidak ada lagi dokter dan perawat yang menjadi korban Covid-19 disebabkan karena tugas yang dijalankannya. Kalau toh terpaksa ada dokter/perawat yang menjadi korban dalam menjalankan tugasnya, sudah selayaknya pemerintah memberi anugrah penghargaan sebagai bentuk apresiasi terhadap profesi yang akan mengangkat mental dokter/perawat lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement