Jumat 10 Apr 2020 09:42 WIB

Emil Keluarkan 4 Instruksi Terkait Covid-19

Salah satunya memenuhi kesejahteraan tenaga kesehatan, terutama perawat dan dokter.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andi Nur Aminah
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberikan keterangan pers seputar kondisi Covid-19, di Jawa Barat, di Gedung Pakuan, Jumat (3/4).
Foto: Humas Pemprov Jawa Barat
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberikan keterangan pers seputar kondisi Covid-19, di Jawa Barat, di Gedung Pakuan, Jumat (3/4).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil selaku ketua gugus tugas percepatan penanggulangan Covid-19 di Jawa Barat mengeluarkan surat instruksi yang ditujukan kepada bupati/wali kota, Panglima Kodam III Siliwangi, serta kepala Polda Jabar.  Menurut juru bicara gugus tugas percepatan penanggulangan Covid-19 Jawa Barat Daud Ahmad, Instruksi Gubernur Jawa Barat Nomor 443/04/Hukham tentang Penanggulangan Covid-19 dan Imbauan Terkait Mudik Selama Pandemi Covid-19 telah ditandatangani Ridwan Kamil, Kamis (8/4).

Daud menjelaskan instruksi gubernur mencakup empat maklumat penting yang harus segera dilaksanakan ketiga subjek tersebut. Pertama, menginstruksikan seluruh bupati/wali kota membentuk gugus tugas percepatan penanggulangan Covid-19 sesuai dengan Keputusan Gubernur Nomor 443 Tahun 2020.

Baca Juga

Gubernur, kata dia, dalam suratnya juga meminta bupati/wali kota memenuhi kesejahteraan tenaga kesehatan, terutama perawat dan dokter, dengan insentif khusus, akomodasi, transportasi untuk mobilisasi, serta logistik lain. Kesejahteraan tenaga medis ini penting sebab masih ada stigma masyarakat bahwa dokter atau perawat yang menangani pasien Covid-19 harus dijauhi karena berpotensi menularkan virus.

“Tenaga medis ini garda terdepan tapi, terstigma. Oleh karena itu, pemda Provinsi Jabar menampung mereka di hotel bintang lima di Kota Bandung. Pak Gubernur ingin bupati/wali kota juga memiliki kebijakan yang sama,” ujar Daud.

Selain itu,menurut dia, poin penting dalam instruksi gubernur adalah gubernur meminta bupati/wali kota mengaktifkan gugus tugas di setiap perangkat daerah serta kecamatan, kelurahan, hingga tingkat desa/kelurahan. Menurut dia, gugus tugas satuan terkecil ini penting selain untuk edukasi juga ampuh mendeteksi pergerakan orang di setiap unit, pendataan warga miskin baru, serta estimasi kebutuhan rakyat selama penanganan Covid-19.

“Misalkan nanti ada PSBB di kabupaten/kota atau mungkin karantina wilayah, gugus tugas ini bisa provide data-data penting sehingga pemda provinsi gampang melangkah. Termasuk yang kami khawatirkan banyak pemudik bandel. Di sini peran RT/RW sangat menentukan dalam mendata para ODP,” katanya.

Terkait mudik, menurut Daud, Gubernur Jabar dalam suratnya menginstruksikan bupati/wali kota mengupayakan penduduknya tidak pulang kampung sebelum Covid-19 tertangani sampai tuntas. “Sebisa mungkin tidak ada yang mudik dari kabupaten/kota karena kalau membandel, Covid-19 bisa lebih panjang di Jabar. Konsekuensi ekonomi dan sosialnya akan sangat mahal dan yang menanggung warga Jabar juga. Jadi, ayeuna mah wayahna teu mudik heula (sekarang jangan mudik dulu--Red),” katanya.

Tidak lupa, Daud mengatakan, bagi daerah belum memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), Gubernur Jabar meminta agar memperkuat data-data persebaran penyakit, peningkatan jumlah kasus dan kematian, serta instrumen lain sebagai syarat mengajukan PSBB. “Jadi, kalau misalnya eskalasi tiba-tiba meningkat, PSBB atau treatment lain dapat dengan cepat dilakukan,” kata Daud.

Selain kepada bupati/wali kota, menurut dia, dalam suratnya Gubernur Jabar sebagai kepala gugus tugas penanganan Covid-19 di Jawa Barat juga meminta kapolda dan pangdam bersama bupati/wali kota mencari tempat sebagai sarana karantina pasien Covid-19.  “Seperti gedung, wisma, tempat pelatihan, dan properti lain yang ada di kabupaten/kota, punya polres dan kodim, agar semua tempatnya dimaksimalkan. Kita harus bersiap untuk skenario terburuk,” kata Daud. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement