Jumat 10 Apr 2020 08:22 WIB

Microsoft Prediksi Corona Akan Ubah Cara Manusia Bekerja

Microsoft Prediksi Corona Akan Ubah Cara Manusia Bekerja

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Microsoft Prediksi Corona Akan Ubah Cara Manusia Bekerja. (FOTO: Brian Snyder)
Microsoft Prediksi Corona Akan Ubah Cara Manusia Bekerja. (FOTO: Brian Snyder)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Microsoft mengungkapkan lebih banyak tentang bagaimana orang menggunakan aplikasi Teams dan ia memprediksi pandemi Covid-19 akan menjadi titik balik yang akan mengubah cara kita bekerja dan belajar selamanya.

Permintaan untuk Microsoft Teams melonjak di seluruh dunia bulan lalu, melonjak dari 32 juta pengguna aktif harian menjadi 44 juta hanya dalam seminggu. Sementara penggunaan terus meningkat, Microsoft merilis laporan tren kerja jarak jauh baru untuk menyoroti bagaimana kebiasaan kerja berubah.

Baca Juga: Selama Corona, Semua Acara Microsoft Beralih Via Digital

Secara alami, lebih banyak orang menggunakan video conference dan Microsoft telah melihat catatan harian baru yakni 2,7 miliar menit pertemuan dalam satu hari. Itu naik 200 persen dari 900 juta menit pada pertengahan Maret, di mana banyak bisnis beralih ke kerja jarak jauh. 

Tidak mengherankan, orang-orang menyalakan video di rapat Teams dua kali lebih banyak dari sebelumnya dengan penggunaan panggilan video di Teams meningkat lebih dari 1.000 persen di bulan Maret.

Microsoft menemukan bahwa orang-orang di Norwegia dan Belanda lebih cenderung menyalakan video dengan sekitar 60 persen panggilan termasuk video dibandingkan dengan 41 persen di AS dan 47 persen di Inggris.

Teknisi Microsoft bergegas ke belakang layar untuk memastikan perusahaan memiliki kapasitas yang cukup untuk semua pengguna baru ini. 

"Kami harus benar-benar memastikan kami memiliki infrastruktur yang diperlukan untuk merespons dan kami baru saja berebut seperti orang lain," jelas Jared Spataro, kepala Microsoft 365, dikutip dari The Verge, Kamis (9/4/2020).

Microsoft mengalami pemadaman Teams singkat di Eropa, di mana permintaan meroket di negara-negara seperti Italia.

"Ketika segalanya benar-benar mulai memanas di Eropa, pola yang kami lihat secara geografis bukanlah yang kami harapkan," kata Spataro. 

"Terus terang itu mengejutkan kami. Masalah yang kami lihat adalah kami harus melakukan penyesuaian cepat," pungkasnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement