Kamis 09 Apr 2020 23:45 WIB

FIA Soal Nasib Formula 1

Presiden FIA Jean Todt mengatakan ajang Formula 1 menghadapi realita baru.

Presiden Federasi Otomotif Internasional (FIA) Jean Todt
Foto: Antara
Presiden Federasi Otomotif Internasional (FIA) Jean Todt

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden FIA Jean Todt mengatakan ajang Formula 1 menghadapi realita baru. "Saya yakin jika banyak tim, pemasok, pabrikan, mereka mungkin harus meninjau ulang program mereka," kata Todt kepada Motorsport seperti dikutip Reuters, Kamis (9/4).

Tujuh balapan yang ada di kalender tahun ini telah tertunda, sedangkan dua lainnya; Melbourne dan Monako, dibatalkan. Grand Prix berikutnya di Prancis pada 28 Juni masih belum terkena imbasnya.

"Saya tak ingin terlalu yakin, tapi saya harap beberapa pemilik tim atau sponsor akan menjaga motivasi mereka. Itulah kenapa kami harus memastikan kami tak mematahkan semangat mereka.

Di harian L'Equipe pada Kamis, Todt juga mengatakan bahwa federasi otomotif internasional itu tak akan terburu-buru melanjutkan musim balapan tahun ini karena tak ingin membahayakan siapa pun.

"Kami hanya akan melanjutkannya jika kami memiliki jaminan jika risiko kontaminasinya nol," katanya.

Selain itu, Todt, menggaris bawahi bahwa filosofi dunia motorsport harus berubah dan masa di tengah pandemi ini bisa menjadi titik awal.

Sementara tim kompetitor telah sepakat menurunkan bujet maksimal pada 2021 dari 175 juta menjadi 150 juta dolar AS, L'Equipe melaporkan bahwa FIA akan menekan lebih jauh lagi hingga turun ke angka 125 juta atau 100 juta.

"Kami akan harus memiliki tekad karena ada yang melawan usulan yang penting bagi keberlangsungan olah raga ini," kata Todt.

Sebelumnya, managing director F1 Ross Brawn mempertimbangkan opsi untuk menggelar balapan, kemungkinan di sejumlah sirkuit di Eropa saja, tanpa penonton dengan jumlah seri yang berkurang jika kondisi memungkinkan.

Keselamatan dan perjalanan para kru dan tim menjadi masalah utama di saat lebih memungkinkan menggelar balapan di daratan Eropa kendati sebagian besar benua itu sedang berada dalam status lockdown di mana pergerakan manusia dibatasi sebagai upaya meredam pandemi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement