Kamis 09 Apr 2020 09:48 WIB

Kematian karena Covid-19 Lebih Rendah Akibat Vaksin BCG

Vaksin BCG diketahui memberi imunitas terhadap tuberculosis

Red: A.Syalaby
Penelitian vaksin corona, ilustrasi
Foto: Antara/Umarul Faruq
Penelitian vaksin corona, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Tingkat kematian akibat Virus Corona Baru hampir enam kali lebih rendah di negara yang memiliki program imunisasi Bacillus Calmette-Guerin (BCG).

Dilansir dari The Telegraph, studi mengungkapkan, vaksin BCG diketahui memberi imunitas terhadap tuberculosis. Meski demikian, vaksinasi telah mengalami penurunan di Inggris pada 2005 bersamaan dengan berkurangnya tingkat infeksi paru-paru. 

Ahli dari Amaerika Serikat  pun berpikir jika vaksin tersebut bisa memperbaiki sistem imunitas dan melindungi masyarakat dari infeksi. Riset terbaru yang sedang di review mengungkapkan, negara dengan program vaksinasi BCG memiliki tingkat infeksi virus Covid-19 lebih rendah ketimbang negara yang tidak mempunyai program BCG. 

Daily Mail menulis, vaksin BCG ditemukan satu abad lalu. Vaksin ini memberi imunitas kepada penyakit pernapasan yakni tuberculosis (TB) — yang terjadi akibat infeksi dari bakteri. Namun belakangan, vaksin ini memiliki manfaat lain.  Di antara warga Amerika, vaksinasi BCG saat kanak-kanak akan melindung mereka dari penyakit TB hingga enampuluh tahun setelah vaksinasi. 

Peneliti dari Amerika Serikat menulis di dalam paper-nya: “ menyelaraskan lintasan epidemi dari negara-negara yang paling terpukul, pengamatan menarik tentang hubungan yang signifikan antara penggunaan BCG dan mortalitas yang disebabkan oleh Covid-19 yang lebih rendah tetap dapat dilihat.”

Temuan itu dipublikasikan secara online di situs arsip medRxiv. Rilis itu tidak berbentuk jurnal karena penelitiannya belum ditinjau sejawat - proses di mana akademisi lain bisa meneliti penelitian.

Ahli dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health mengumpulkan data yang tersedia di paper itu untuk sebagai bahan analisis. Perkiraan tingkat fatalitas kasus Covid-19 dihasilkan dari tingkat mortalitas tertinggi untuk 50 negara yang melaporkan kejadian terbanyak.

“Untuk mengurangi bias yang berpusat di sekitar kurva waktu epidemi diferensial yang dialami oleh berbagai negara, kami menghitung hari dari kasus Covid-19-positif ke-100 untuk menyelaraskan negara-negara pada kurva waktu yang lebih sebanding,” para peneliti menjelaskan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement