Kamis 09 Apr 2020 08:04 WIB
Muhammad

Gambar Nabi Muhammad di Mata Orang Barat Non-Muslim

Gambar Nabi Muhammad di mata orang Barat.

Adegan film perjuangan Rasullah Muhammad SAW dalam film
Foto: Google.com
Adegan film perjuangan Rasullah Muhammad SAW dalam film

REPUBLIKA.CO.ID, -- Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Soal sosok atau gambar Nabi Muhammad sampai sekarang bagi orang yang hidup dalam budaya kebebasan ala Barat dan non Muslim, selalu menjadi tanda tanya. Mereka terus menganggap bahwa ‘harus’ dan pasti ada gambar Nabi Muhammad yang mereka anggap sebagai ‘pendiri Islam’.

Mengapa sikap keras kepala ini terjadi? Ini karena mereka banyak mengacu pada berbagai ilustrasi di buku karya-karya Islam klasik di masa kekhalifahan Islam yang mereka yakini sebagai gambar sosok Nabi Muhammad. Mereka terus berkeras bahwa gambar itu ada karena bagi mereka pada saat yang sama gambar Yesus dalam agama Kristen pun ada.

Mereka menganggap kalau gambar Yesus ada, mengapa gambar Nabi Muhammad yang lahir sekitar 500-an tahun kemudian tak ada.

Mereka beranggapan pula seharusnya setiap masuk ke masjid juga ada gambar Nabi Muhammad seperti halnya masuk ke gereja yang pasti menemukan gambar Yesus Kristus. Padahal, kalau kita baca di berbagai buku terbitan internasional, sosok gambar atau figur Yesus digambarkan berbeda-beda. Ada sosok Yesus ala orang China, ala orang Afrika, dan lainnya.

Bahkan, semua tahu sosok Yesus yang ada lazim dikenal sekarang itu sosok gambar Yesus karya pelukis Italia yang terkenal, Michelangelo. Gambar Yesus dengan wajah ala orang Eropa ini mendasarkan pada temuan kain kafan dari kota di jazirah Eropa selatan, yakni Turin di Italia. Kain kafan ini diklaim sebagai kain kafan pembungkus jenazah tubuh Yesus Kristus. Di kain itu lamat-lamat ada gambar muka dan bekas kekerasan yang terjadi pada tubuh tersebut.

Dianggap Kafan Yesus, Darah pada Kain Kafan Turin Ini Diteliti ...                         

  • Keterangan foto: Kain kafan dari Turin yang diyakni ada jejak sosok Yesus Kristus di sana.

          

Adanya gambaran itulah, maka orang Barat non-Muslim berkeras harus ada gambar Nabi Muhammad. Hal itu tercermin dalam tulisan Shaamer Rahim, di Majalan Seni Internasional (The International Art Magazine), Apalollo. Feature atau artikel ini ditulis pada 19 Desember 2019. Tulisan itu bertajuk, ‘Eye of the beholder –how the Prophet Muhammad has been depicted through the Centuries’.

Adanya artikel itu maka kami berusaha menerjemahkan dan menyuntingnya dengan menghilangkan banyak hal yang sangat sensisitif bagi kaum Muslim. Sebab, sampai kini gambar Nabi Muhammad memang mutlak dilarang adanya. Bahkan, dalam film Hollywood yang terkenal karena bercerita soal perjuangan Rasulullah ‘Dawn of Islam’ pada dekade 1970-an, gambar Nabi tak pernah terlihat. Caranya, bila ada stok adegan perbincangan dengan Nabi SAW, kamera hanya disorotkan ke arah pembicara. Begitu juga ketika berada di punggung onta, misalnya, yang tampak hanya ontanya saja, bahkan hanya tali kekangnya saja.

Artikel Shaamer Rahim itu begini lengkapnya:

"Di sebuah tempat tersembunyi yang ada di Tropenmuseum di Amsterdam terdapat sebuah medali perunggu luar biasa yang menampilkan seorang lelaki berpenampilan mulia memegang sebuah buku. Halo (gambar lingkaran di atas kepala orang suci/santo dalam tradisi Kristen Eropa, red) dan janggutnya membuatnya menyerupai Yesus. Ada doa Islami yang melingkar di tepi menunjukkan bahwa ini, mereka percaya itu sebagai gambar Nabi Muhammad yang berpose dengan sebuah Qur'an."

Pada saat pembelian koin itu pada tahun 1976, pihak penjual yang berasal dari Iran bersikeras bahwa itu memang gambar Muhammad. Namun, kurator Tropenmuseum ragu-ragu: seperti banyak yang lain, kurator percaya bahwa Islam tidak menyukai seni figuratif, bahkan secara umum melarang keras gambar pendiri agamanya itu. Koin itu kemudian disimpan.

Hanya sekarang, 40 tahun kemudian, setelah membandingkannya dengan lukisan yang diklaim sebagai lukisan nabi yang ditemukan pada abad ke-19  pihak Tropenmuseum mulai mengakui kejujuran penjual koin antik dari Iran itu.

Pengakuan lambat atas keberadaan gambar-gambar semacam itu belum terbantu oleh kontroversi baru-baru ini. Sejak protes tahun 2006 terhadap surat kabar Denmark Jyllands-Posten dan serangan pembunuhan terhadap majalah Prancis Charlie Hebdo pada tahun 2015, yang keduanya telah mencetak karikatur Nabi, para kurator menjadi semakin cemas tentang apa yang mungkin bersembunyi di koleksi mereka.

Ini karena adanya gambar Nabi Muhammad sangat umum, terutama dalam buku-buku bergambar kaya yang dibuat di pengadilan Persia dan Ottoman, baik Sunni dan Syiah, antara 1300 dan 1800. Dalam wazir Ilkhanid Rashid ad-Din sejarah dunia tahun 1314, ada beberapa yang menarik yang bisa menjadi contoh awalnya. Tetapi ketika University of Edinburgh menampilkan folio-folio itu pada tahun 2014, gambar-gambar Nabi hilang secara misterius.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement