Rabu 08 Apr 2020 20:36 WIB

Percepat Produksi Ventilator, Kemenperin Jamin Bahan Baku

Menperin mengapresiasi perguruan tinggi yang memproduksi ventilator

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Hiru Muhammad
Tim peneliti Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menguji coba mesin pompa udara (ventilator) di Gedung Pusat Robotika ITS, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (7/4/2020). ITS mengembangkan inovasi mesin pompa udara (Simple and Low-Cost Mechanical Ventilator) untuk membantu tenaga medis dalam menangani perawatan pasien terinfeksi COVID-19 sekaligus untuk mengatasi kelangkaan ketersediaan ventilator yang dimiliki rumah sakit di Indonesia
Foto: Antara/Moch Asim
Tim peneliti Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menguji coba mesin pompa udara (ventilator) di Gedung Pusat Robotika ITS, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (7/4/2020). ITS mengembangkan inovasi mesin pompa udara (Simple and Low-Cost Mechanical Ventilator) untuk membantu tenaga medis dalam menangani perawatan pasien terinfeksi COVID-19 sekaligus untuk mengatasi kelangkaan ketersediaan ventilator yang dimiliki rumah sakit di Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai, sejumlah perguruan tinggi di Indonesia memiliki kesiapan dan kemampuan untuk memproduksi alat kesehatan seperti ventilator atau alat bantu pernapasan. Produksi ventilator ini menjadi salah satu hal penting saat ini karena banyak dibutuhkan sebagai upaya percepatan penanganan Covid-19 atau corona. 

“Kami mendapat laporan, tim dari perguruan tinggi sudah memiliki mitra dalam upaya memproduksi ventilator. Hanya saja mereka punya keterbatasan khususnya terkait ketersediaan bahan baku dan rantai pasok,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, pada Rabu, (8/4).

Untuk mendorong percepatan produksi ventilator tersebut, Kemenperin akan turut bantu memantau sekaligus memastikan dua komponen itu. “Kalangan akademisi ini berupaya segera membuat blueprint ventilator yang kemudian akan dikoordinasikan dengan Kementerian Kesehatan,” tuturnya. 

Adapun empat perguruan tinggi yang sedang melakukan proses produksi ventilator di Indonesia, yaitu Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, dan Institut Teknologi Bandung. Agus menyatakan, tahapan perizinan dan uji klinis akan didukung secara penuh oleh Kementerian Kesehatan.

Proses pembuatan ventilator ini juga membutuhkan business model, karena menjadi langkah strategis jangka menengah dan panjang. “Saat ini memang menjadi momentum yang tepat untuk kita bersama-sama membantu Indonesia mengatasi pandemi Covid-19. Lalu dapat membangkitkan gairah industri alat kesehatan di dalam negeri, dengan diawali memproduksi ventilator," tuturnya. 

Menperin memberikan apresiasi kepada sejumlah perguruan tinggi yang berminat memproduksi ventilator. Ia  mendorong perguruan tinggi menjalin kerja sama dengan pelaku industri.  “Kolaborasi ini dilakukan demi mempercepat proses produksi. Termasuk membantu penyediaan bahan baku utama pembuatan ventilator,” kata Agus. 

Salah satu perguruan tinggi yang berkolaborasi dengan dunia industri dalam memproduksi ventilator yakni Universitas Gadjah Mada. Kampus tersebut menggandeng PT Yogya Presisi Teknikatama Industri (YPTI) yang berperan sebagai project integrator, prototyping, dan hardware developer. 

PT YPTI bermitra dengan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) dan pemasok komponennya. Ini untuk memenuhi kebutuhan rantai pasok bahan baku. 

Saat ini, kolaborasi yang disebut Tim Jogja tersebut sedang dalam tahap pengembangan prototype yang diharapkan siap minggu depan. “Mereka kemudian akan melakukan pengujian dan evaluasi, pertama kali akan dilakukan dengan alat uji dan kalibrasi ventilator dukungan dari Kemenperin,” kata Agus. 

Perguruan tinggi lainnya yang juga menjalin kerja sama dengan sektor industri adalah Institut Teknologi Bandung. Tim dari ITB menggandeng industri yang berada di bawah Kementerian BUMN, yaitu PT Dirgantara Indonesia, PT Len Industri, dan PT Pindad. ITB juga dikabarkan sudah siap segera memproduksi ventilator sebanyak 10 ribu unit dengan harga relatif terjangkau dalam beberapa minggu ke depan.

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohanes Nanggoi mengungkapkan, salah satu supplier saat ini sedang melakukan pengembangan prototype ventilator yang dilakukan dengan skema reverse engineering. “Apabila bisa dijalankan, produksi akan dilakukan secepat dan sebanyak mungkin serta akan diproduksi menggunakan kapasitas perusahaan-perusahaan otomotif,” katanya.  

Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Muhammad Khayam menambahkan, demi mempercepat produksi ventilator, pemerintah tengah menyiapkan sejumlah stimulus. Di antaranya pembiayaan prototyping ventilator medical grade dengan melakukan reverse engineering sehingga menghasilkan ventilator sederhana di luar ICU dan ventilator advance bagi ruang ICU. 

Tak hanya itu, pemerintah juga memberikan kemudahan ketentuan lartas impor bahan baku atau komponen ventilator. Selanjutnya dari Kemenkes juga akan merelaksasi uji performa. Terakhir, membuat standar atau spesifikasi jenis dan kualitas serta kebutuhan untuk ventilator.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement