Kamis 09 Apr 2020 00:42 WIB

Bulan Sya’ban: Bulan ‘Latihan’ Menghadapi Ramadhan

Tinggal menghitung jemari, Ramadhan akan segera menghampiri.

Ramadhan
Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Ina Salma Febriany

Alhamdulilahi rabbil ‘alamin, tibalah kita semua di malam nishfu (pertengahan) bulan Sya’ban. Tinggal menghitung jemari, Ramadhan akan segera menghampiri. Lima belas hari lagi, bulan mulia dimana amal-amal baik dilipatgandakan oleh Allah segera kita hadapi. Meski dalam kondisi belum baik-baik saja, kita semua harus berbahagia menyambut kemuliaan bulan Ramadhan nanti. Berbicara mengenai bulan Ramadhan, kemuliaan bulan ini tentu tidak diragukan lagi. Sebab Alqur’an telah melukiskan secara jelas bahwa syahr ramadhan unzila fihi  Alqur’an—bulan dimana diturunkannya Alqur’an (Qs. al-Baqarah/2: 185). Hal inilah yang menjadikan bulan Ramadhan begitu istimewa disbanding bulan-bulan selainnya.

Berbicara mengenai Ramadhan, persiapan apa yang sudah teman-teman lakukan? Ini penting! Kenapa? Karena banyak saudara-saudara kita yang menghadapi awal Ramadhan nanti dengan perasaan berat, lemah, dan tak bergairah. Puasa hanya membuatnya lelah. Menahan dahaga dan lapar dari terbit fajar hingga terbenam matahari terasa meletihkan! Adakah yang harus diperbaiki agar hal ini setidaknya dapat kita hindari? Ada! Rasulullah Saw sendiri telah memberikan contoh dan teladan  bagaimana agar Ramadhan bisa dilalui dengan semangat dan tetap produktif. Caranya? Mari kita simak hadits dari ‘Aisyah ra di bawah ini!

 Imam Ahmad rahimahullah dan Nasa’i rahimahullah meriwayatkan sebuah hadits dari Usâmah bin Zaid Radhiyallahu anhuma, beliau Radhiyallahu anhuma mengatakan, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah berpuasa dalam sebulan sebagaimana beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada bulan Sya’bân. Lalu ada yang berkata, ‘Aku tidak pernah melihat anda berpuasa sebagaimana anda berpuasa pada bulan Sya’bân.’ Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Banyak orang melalaikannya antara Rajab dan Ramadhân. Padahal pada bulan itu, amalan-amalan makhluk diangkat kehadirat Rabb, maka saya ingin amalan saya diangkat saat saya sedang puasa (HR An Nasa’i. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Pada hadits lain dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, mengatakan, “Aku pun tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (H.R. Bukhari dan Muslim diriwayatkan oleh Abu Salamah ra).

Selain hadits di atas, ‘Aisyah  ra juga meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw tidak berpuasa sebulan penuh di bulan Sya’ban kecuali hanya beberapa hari saja. Imam Asy-Syaukani mengatakan bahwa riwayat-riwayat tersebut bisa dikompromikan bahwa yang dimaksud dengan kata “kullu” (seluruhnya) adalah kebanyakan. Dalam bahasa Arab disebut berpuasa pada kebanyakan hari dalam satu bulan dapat dikatakan dengan dikatakan berpuasa pada seluruh bulan. Menanggapi hadits tersebut di atas, Imam An-Nawawi dalam Syarah Muslim menyebutkan, para ulama mengatakan, Nabi Saw tidak menyempurnakan berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan agar tidak disangka puasa selain Ramadhan adalah wajib. Namun demikian, Rasulullah tetap mengupayakan puasa sunnah agar bisa lebih terbiasa dan mudah menjalani ibadah puasa Ramadhan.

Dengan demikian, di antara rahasia atau hikmah mengapa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam banyak berpuasa di bulan Sya’ban adalah karena puasa Sya’ban adalah ibarat ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib). Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah puasa Sya’ban.

Secara fisik, membiasakan diri berpuasa sunnah di bulan Sya’ban juga dianggap sebagai latihan (atau dalam olahraga disebut dengan pemanasan) sebelum pertandingan. Juga mengingatkan kepada mereka yang memiliki hutang puasa Ramadhan tahun lalu, agar membayar puasanya pada bulan Sya’ban. Seperti isteri Nabi, ‘Aisyah, pernah mempunyai hutang puasa Ramadhan sebelumnya, dan membayarnya pada bulan Sya’ban, saat suaminya juga memperbanyak puasa di dalamnya.

Di dalam kitab Lathoif Al-Ma’arif disebutkan, memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban adalah sebagai latihan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Jika seseorang sudah terbiasa berpuasa sebelum puasa Ramadhan, tentu dia akan lebih kuat dan lebih bersemangat untuk melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan.

Selain  dianjurkan untuk melatih  diri berpuasa sunnah maupun membayar hutang puasa Ramadhan di bulan Sya’ban, terdapat keutamaan khusus untuk malam nishfu Sya’ban. Pendapat ini berdasarkan hadis shahih dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu ‘anhu, dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibn Majah, At Thabrani, dan dishahihkan Al Albani).

Demikianlah beberapa keutamaan bulan Sya’ban. Yuk perbanyak berpuasa sunnah di bulan ini. Kalau masih punya hutang puasa Ramadhan, dibayar dulu ya! 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement