Rabu 08 Apr 2020 19:26 WIB

Penumpang Kereta Wajib Gunakan Penutup Hidung dan Mulut

Aturan ini akan mulai diberlakukan 12 April.

Penumpang antre masuk ke gerbong ereta api di Stasiun Gubeng Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
Foto: Antara/Didik Suhartono
Penumpang antre masuk ke gerbong ereta api di Stasiun Gubeng Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- PT KAI Daerah Operasi (Daop) 8 Surabaya melarang penumpang naik kereta api di sejumlah stasiun wilayah setempat apabila kedapatan tanpa menggunakan masker. Ini juga berlaku tidak menggunakan bila kain penutup hidung dan mulut. Kebijakan tersebut diberlakukan dalam rangka mendukung pemerintah dalam pencegahan COVID-19.

"Aturan itu terhitung dilaksanakan tanggal 12 April 2020. Dan bagi penumpang yang tidak mengenakan masker atau kain penutup mulut dan hidung, tiket akan dikembalikan penuh di luar bea pesan," kata Manager Humas PT KAI Daop 8 Surabaya, Suprapto di Surabaya, Rabu (8/4).

"Oleh karena itu, menjelang 12 April 2020, kami mulai menyosialisasikan kebijakan tersebut kepada masyarakat melalui pengumuman di stasiun, di kereta, media sosial, dan berbagai media lainnya," tambahnya.

Aturan wajib menggunakan masker, kata dia, bertujuan juga untuk meningkatkan keamanan bagi para penumpang kereta api lainnya. "Jadi sifatnya wajib menggunakan masker atau kain yang menutupi mulut dan hidung ketika berada di stasiun maupun di atas kereta api," katanya.

Sebelumnya, PT KAI Daop 8 Surabaya juga telah menerapkan kebijakan seputar pencegahan penyebaran COVID-19. Di antaranya, pembatasan kapasitas angkut penumpang kereta api baik di KA lokal maupun KA Jarak menengah/jauh. Kemudian, dilakukan pula pengukuran suhu bagi calon penumpang, dan menerapkan jarak sosial dan jarak fisik di stasiun dan di atas kereta api.

Suprapto mengimbau, para penumpang juga menjaga jarak, baik saat di stasiun ataupun di atas kereta, dan sering mencuci tangan menggunakan sabun dengan air yang mengalir atau hand sanitizer, serta tunda perjalanan yang kurang penting dan tidak mendesak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement