Rabu 08 Apr 2020 18:39 WIB

Seberapa Penting Dana Darurat Saat Pandemi?

Sebagan orang tidak memandang dana darurat sebagai prioritas.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Dana darurat (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Dana darurat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang, kehadiran dana darurat sungguh dibutuhkan. Harga-harga kebutuhan melambung.

Tidak hanya untuk kebutuhan harga sembako, namun juga barang-barang di luar itu seperti masker, hand sanitizer, dan berbagai suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pembatasan aktivitas di rumah membuat sebagian orang kehilangan penghasilan.

Ironisnya, sebagian orang tak memandang dana darurat sebagai sesuatu yang penting dan prioritas. Pada akhirnya, mereka kebingungan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari ketika situasi darurat terjadi dan pemasukan terhambat.

Menurut Co-founder sekaligus Vice-CEO Jouska Indonesia, Farah Dini Novita, dana darurat adalah sesuatu yang harus dipersiapkan, meski tidak ada pandemi. Untuk mengetahui besaran dana darurat, hitung terlebih dulu berapa jumlah pengeluaran yang dibutuhkan setiap bulan. Pada situasi sekarang seseorang idealnya memiliki dana darurat dengan besaran yang dapat membiayai pengeluaran bulanan selama 12 bulan ke depan.

"Kita harus sisihkan (pendapatan) setiap bulan untuk nabungsi dana darurat ini, jadi jangan sampai investasi dulu, beli saham dulu, beli ini dulu, tapi dana daruratnya nggak (dipersiapkan)," ujar Farah dalam bincang-bincang bertajuk "Bijak Finansial dengan #BelanjaDariRumah" bersama Shopee Indonesia, beberapa waktu lalu.

Besaran dana darurat dipengaruhi oleh beragam hal, seperti status pernikahan, jenis pekerjaan, hingga ada atau tidaknya anak. Dana darurat perlu disimpan dalam akun tabungan atau deposito yang terpisah dengan akun untuk pengeluaran sehari-hari.

Ini perlu dilakukan agar pemilik tabungan tak tergoda membelanjakan dana darurat tersebut untuk keperluan lain. Dana tersebut hanya diperuntukkan untuk kondisi darurat dan tak terduga.

Dana darurat sebaiknya dikumpulkan dalam bentuk instrumen likuid, yaitu yang mudah dicairkan ketika seseorang dalam kondisi membutuhkan uang. Menurut Farah, mereka yang tak memiliki dana darurat karena sama sekali tidak bisa menabung.

Ada juga yang lebih senang memutar uang  dalam investasi berisiko tinggi. Investasi berisiko tinggi lebih diminati karena bisa mendatangkan keuntungan lebih besar dibandingkan sekadar menabung atau menyimpan deposito untuk dana darurat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement