Rabu 08 Apr 2020 16:54 WIB

Psikolog: Kesehatan Mental Tenaga Medis Harus Jadi Perhatian

Perlu ada pengaturan jam kerja dan beban kerja untuk menghindari kelelahan.

Tenaga kesehatan menyiapkan peralatan medis di RS Darurat COVID-19, Kemiri, Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah. Kesehatan mental para tenaga medis yang merawat pasien Covid-19 perlu mendapatkan perhatian.
Foto: ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho
Tenaga kesehatan menyiapkan peralatan medis di RS Darurat COVID-19, Kemiri, Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah. Kesehatan mental para tenaga medis yang merawat pasien Covid-19 perlu mendapatkan perhatian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesehatan mental para tenaga medis yang merawat pasien Covid-19 perlu mendapatkan perhatian. Jika diperlukan harus melakukan identifikasi dengan bantuan psikolog terutama bagi yang sudah memiliki masalah psikologis sebelumnya.

"Untuk yang di fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan) sudah ada tenaga psikolog mungkin bisa berdiskusi dengan para psikolognya untuk mengidentifikasi tenaga kesehatan yang memang sudah memiliki masalah psikologis sebelum timbulnya pandemi ini," kata psikolog Annelia Sari Sani dalam diskusi via konferensi video yang dimoderatori Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia di Jakarta, Rabu (8/4).

Baca Juga

Psikolog berpraktik di RSAB Harapan Kita itu mengatakan hal itu perlu dilakukan karena dalam situasi pandemi Covid-19 ini para tenaga medis mengalami tekanan baru. Kondisi itu akan memperparah kondisi seseorang yang sudah mengalami masalah psikologis sebelumnya.

Para tenaga medis, kata dia, bisa mengalami tekanan, baik dalam bentuk fisik maupun mental karena adanya wabah yang disebabkan virus corona baru itu. Tekanan fisik dapat muncul ketika jam kerja yang lebih lama karena banyaknya pasien yang harus ditangani seiring dengan bertambahnya orang yang positif Covid-19.

Tidak hanya itu, gejala psikologis juga muncul dalam situasi krisis seperti saat ini, yaitu dalam bentuk timbul rasa takut terhadap penularan yang menimbulkan kecemasan, meningkatnya stres dan muncul rasa tidak kompeten. Hal itu disebabkan dalam situasi seperti itu lingkungan kerja tenaga medis bisa menjadi sangat menekan ketika mereka dipaksa bekerja lebih cepat dari pada sebelumnya ditambah banyaknya protokol yang harus diikuti.

"Bukan hanya di lingkungan dalam rumah sakit, ada pula tekanan di luar seperti munculnya stigma terhadap tenaga medis sebagai orang yang merawat pasien Covid-19," kata Annelia.

Karena itu, katanya dalam diskusi yang diadakan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) itu, perlu dilakukan beberapa langkah untuk menghadapi hal tersebut. Dari sisi fisik, kata Koordinator Satuan Tugas Psikolog Klinis untuk Penanggulangan Covid-19 itu, mengusulkan adanya pengaturan jam kerja dan beban kerja untuk menghindari kelelahan, asupan gizi yang cukup dan rajin minum air.

Selain itu, melakukan olahraga kecil seperti meregangkan badan di ruang khusus yang terpisah juga dapat membantu tenaga medis mengisi energi mereka. "Kita harus waspada, terutama pihak manajemen, dengan adanya tingkat keparahan keluhan psikologis yang dialami. Kerja sama dengan layanan psikologis menjadi sangat penting, sehingga ketika kita bisa mengidentifikasi adanya masalah psikologis yang dialami tenaga kesehatan, kita bisa dengan segera untuk melakukan tindakannya," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement