Selasa 07 Apr 2020 19:51 WIB

Toko Tutup di Lampung Beralih ke Online

Toko di Pasar Tengah mulai tutup sejak wabah corona mulai ada di Bandar Lampung,

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Muhammad Fakhruddin
Ilustrasi toko tutup karena pembeli sepi akibat wabah corona.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Ilustrasi toko tutup karena pembeli sepi akibat wabah corona.

REPUBLIKA.CO.ID,BANDAR LAMPUNG -- Sejak wabah virus corona (Covid-19), sejumlah toko-toko usaha kecil dan menengah banyak yang tutup di Kota Bandar Lampung. Tutupnya toko karena sepi pembeli, dan sebagian toko non makanan transaksi dagangnya beralih dari offline menjadi online

Pemantauan Republika.co.id, Selasa (7/4), toko-toko yang berada di Pasar Tengah, Pasar Bawah, dan juga di kawasan pendidikan Kedaton dan Rajabasa, dalam kota Bandar Lampung, terlihat tutup. Sebagian mereka sudah menutup tokonya sejak Sabtu (4/4) pekan lalu. Selain sepi pembeli, pemilik toko tak dapat menutupi biaya operasional dan juga upah pegawai/pekerjanya.

Toko di Pasar Tengah mulai tutup sejak wabah corona mulai ada di Bandar Lampung, sejak adanya seorang pasien terinfeksi positif Covid-19. Kondisi diperparah lagi, pasien positif bertambah menjadi belasan dan yang meninggal mencapai tiga orang. Masyarakat mulai enggan keluar rumah atau berbelanja di pasar-pasar besar, sehingga pengunjung toko semakin sepi.

Hal sama terjadi di mal-mal yang ada di Bandar Lampung. Konter-konter seluler sudah banyak yang tutup karena sepinya pengunjung mal. Restoran siap saji yang menyediakan tempat makan juga merosot pengunjungnya. Mereka masih menerima pesanan lewat ojek online.

Sepinya pengunjung toko terlihat di usaha alat tulis, fotocopy, dan peralatan komputer lainnya di kawasan pendidikan Kedaton dan Rajabasa. Di kawasan Kampung Baru, Universitas Lampung (Unila), sejak kuliah di rumah, usaha foto copy, rental komputer, dan alat tulis kantor mulai sepi. Hal sama terjadi pada usaha rumah makan di kawasan Unila sudah tutup total, karena sepi dan khawatir merugi tidak ada mahasiswa lagi.

"Biasanya kalau masih ada mahasiswa kuliah, yang rental komputer dan fotocopy antre. Tapi sekarang sejak kuliah di rumah kami terpaksa tutup total, karena rugi di biaya listrik," ujar Uda, pekerja usaha foto copy, rental,  dan alat tulis kantor Daffa, kawasan Kampung Baru Unila.

Tak hanya usaha tersebut, rumah makan yang biasa menjadi langganan mahasiswa baik di Unila maupun di kampus-kampus lainnya di kawasan Kedaton, juga sudah tutup. Aktivitas mahasiswa tidak ada lagi di kampus, membuat pengelola rumah makan mengambil keputusan menutup total usahanya, daripada rugi.

"Kalau saya tetap buka, jelas merugi. Selain makanan bersisa, juga harus membayar pekerja, dan biaya listrik. Sama sekali tidak ada mahasiswa yang makan," ujar Warti, pengelola rumah makan mahasiswa di Kedaton.

Sedangkan usaha busana muslimah yang biasa menjual kebutuhan mahasiswi muslimah, terpaksa tidak membuka transaksi offline (langsung), namun beralih lewat online. Misalnya, toko Abata yang biasa menjadi langganan mahasiswi di seputaran Rajabasa, sejak wabah corona, beralih ke transaksi daring. "Kami hanya melalui transaksi lewat online saja, transfer ke bank," kata seorang karyawati Abata.

Transaksi daring juga terjadi pada alat-alat atau suku cadang komputer dan kendaraan bermotor. Pengelola toko suku cadang dan komputer mulai mengiklankan tokonya di media sosial seperti Facebook dan Instagram. Mereka mengatakan, musim sepi pembeli karena masyarakat tidak berani keluar rumah, pemilik toko harus menyiasatinya dengan perdagangan online.

"Ternyata dengan online, banyak juga yang bertanya barang dan juga memesan. Lebih mudah dan waktu tidak terbatas," ujar Hasan, pengelola toko alat-alat komputer.

Sedangkan pada usaha makanan, menjelang bulan Ramadhan, toko-toko makanan juga sudah beralih ke transaksi daring. Pengelola toko lokal mulai aktif mempromosikan produknya seperti aneka kurma, madu, dan makanan khas Arab lainnya lewat media sosial.

"Karena sudah banyak promosi di media sosial, jadi kami harus kompetitif dalam soal harga. Kalau tidak kami tidak dilirik pembeli. Soalnya, pengunjung online lebih melihat harga dibandingkan produknya," ujar Yanti, pemilik toko kurma dan madu di Bandar Lampung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement