Rabu 08 Apr 2020 05:22 WIB

Penerbitan Global Bond, Menkeu: Investor Masih Percaya

Pemerintah berhasil mengumpulkan 4,3 miliar dolar AS dari penerbitan global bond

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Foto: dok. Humas Kementerian Keuangan
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani menyambut baik pencapaian penerbitan obligasi global yang berhasil mengumpulkan 4,3 miliar dolar AS pada Senin (6/4) malam. Kondisi tersebut menggambarkan, investor masih percaya dengan instrumen surat utang maupun rekam jejak pengelolaan keuangan pemerintah Indonesia.

Sri nenjelaskan, nilai 4,3 miliar dolar AS menjadi rekor penerbitan terbesar dalam sejarah issuance Surat Utang Negara (SUN) denominasi dolar AS oleh pemerintah. "Sangat positif, di tengah turbulensi pasar keuangan global," ujarnya dalam teleconference dengan media, Selasa (7/4).

Baca Juga

Pada Senin (6/4), pemerintah menerbitkan tiga obligasi global yang digunakan untuk memenuhi pembiayaan APBN secara umum, termasuk guna penanganan dan pemulihan pandemi virus corona (Covid-19).

Seri pertama, RI1030 memiliki tenor 10,5 tahun dengan yield 3,9 persen dan total transaksi penjualan 1,65 miliar dolar AS. Besaran transaksi yang sama juga dicapai seri kedua, RI1050, namun dengan yield 4,25 persen. RI1050 memiliki tenor 30,5 tahun.

 

Seri ketiga, RI0470, memiliki tenor terpanjang yakni sampai 50 tahun dan yield 4,5 persen. Total nominal yang berhasil dikumpulkan adalah 1 miliar dolar AS. "Ini tenor terpanjang yang dilakukan pemerintah," tutur Sri.

Apabila dilihat dari yield, Sri mengatakan, penerbitan global bond yang dilakukan dalam situasi volatile ini masih mendapatkan posisi lebih baik dibandingkan transaksi pada 2018. Saat itu, terjadi aliran modal asing keluar cukup banyak karena The Federal Reserve menaikkan suku bunga lima kali berturut-turut.

Kondisi ini juga lebih baik dibandingkan 2015 ketika terjadi gejolak ekonomi. Sri menjelaskan, jika merujuk pada dua tahun tersebut, yield global bond yang baru diterbitkan Indonesia lebih rendah. “Ini sesuatu yang positif, menggambarkan reputasi Indonesia cukup stabil,” ujarnya.

Berdasarkan data yang disampaikan Sri, yield penerbitan global pada 2015 mencapai 6,0 persen untuk tenor 30 tahun dan 4,8 persen untuk tenor 10 tahun. Sementara, pada 2018, yield surat utang global tenor 10 tahun dan 30 tahun masing-masing adalah 4,78 persen dan 5,38 persen.

"Bahkan, tenor 50 tahun (seri RI1030) lebih rendah dibandingkan tenor 10 tahun yang diterbitkan 2018. Artinya, kita sudah save cukup panjang untuk tenor lebih panjang dengan suku bunga lebih rendah," kata mantan direktur pelaksana Bank Dunia tersebut.

Dalam suasana penuh tekanan dari dampak Covid-19, Sri memastikan, pemerintah terus menjaga kondisi APBN secara hati-hati. Baik dari sisi penerimaan, belanja maupun pembiayaan.

Sri menambahkan, pembiayaan APBN melalui mekanisme pasar merupakan upaya pemeritnah untuk tetap menjalankan kebijakan fiskal secara kredibel, disiplin, dan berkelanjutan di tengah kondisi perekonomian global yang volatile.

Di sisi lain, langkah ini juga menggambarkan kebijakan fiskal yang responsif untuk mendukung tiga program prioritas pemerintah dalam penanganan Covid-19. Yaitu, penanganan masalah kesehatan, penyediaan jaring pengaman sosial, serta dukungan terhadap dunia usaha terutama UMKM.

Ketiga seri SUN yang diterbitkan diperkirakan akan memperoleh peringkat Baa2 dari Moody’s, BBB dari Standard & Poor’s, dan BBB dari Fitch dan dicatatkan pada Singapore Stock Exchange dan Frankfurt Stock Exchange.

Joint Bookrunners dalam transaksi ini adalah Citigroup, Deutsche Bank, Goldman Sachs, HSBC dan Standard Chartered Bank. Sementara, yang bertindak sebagai co-Managers adalah PT Danareksa Sekuritas dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement