Selasa 07 Apr 2020 18:04 WIB

Fan Desak Manajemen Spurs Ikuti Langkah Liverpool

Spurs diminta menimbang kembali keputusan merumahkan 550 pegawai.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Endro Yuwanto
Logo Tottenham Hotspur. Perserikatan Kelompok Suporter Tottenham Hotspur (THST) mendesak manajemen the Lilywhites untuk membatalkan kebijakan pemberian cuti pada pegawai non-olahraga Spurs.
Foto: @SpursOfficial
Logo Tottenham Hotspur. Perserikatan Kelompok Suporter Tottenham Hotspur (THST) mendesak manajemen the Lilywhites untuk membatalkan kebijakan pemberian cuti pada pegawai non-olahraga Spurs.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perserikatan Kelompok Suporter Tottenham Hotspur (THST) mendesak manajemen the Lilywhites untuk membatalkan kebijakan pemberian cuti pada pegawai nonolahraga Spurs. Manajemen Spurs diharapkan mengikuti langkah yang telah diambil manajemen Liverpool.

Dalam keterangan resmi via akun media sosialnya, THST meminta klub untuk menimbang kembali keputusan merumahkan 550 pegawai nonolahraga. Langkah ini dinilai bisa merusak reputasi klub asal London Utara tersebut.

"Kami selalu menyarankan kepada @SpursOficial untuk bersabar dan terus menimbang berbagai keputusan. Sekarang, kami kembali katakan, jangan mengambil langkah yang merusak reputasi klub. Dengarkan suara fan kalian," tulis pernyataan resmi THST seperti dikutip Reuters, Selasa (7/4).

Spurs menjadi salah satu klub pertama yang menerapkan kebijakan cuti kepada pegawai nonolahraga. Keputusan ini diumumkan manajemen Spurs pada pekan lalu. Langkah ini diambil guna menghindari potensi kerugian yang lebih besar dalam neraca keuangan klub.

Dengan ditundanya kompetisi akibat pandemi Covid-19, klub-klub memang terancam kehilangan pemasukan, mulai dari penjualan tiket hingga kehilangan pemasukan lewat pembagian hak siar. Sementara itu, gaji pemain, staf, dan biaya operasional serta perawatan fasilitas masih terus dikeluarkan oleh klub.

Nantinya, sebesar 80 persen dari gaji pegawai-pegawai tersebut akan ditanggung oleh Pemerintah Inggris, sedangkan sisanya akan ditanggung pihak klub. Langkah serupa kemudian dilakukan oleh sejumlah klub Liga Primer Inggris, seperti Newcastle United, Bournemouth, dan Norwich City. Tidak hanya itu, Liverpool juga sempat melakukan hal yang sama.

Namun, keputusan Liverpool itu diwarnai oleh kritik keras, baik dari kelompok suporter ataupun pemain legenda klub. Terlebih, pada tahun anggaran terakhir, the Reds tercatat mengantongi keuntungan hingga mencapai 40 juta pound sterling.

Akhirnya, setelah mendapatkan tentangan dari berbagai pihak, manajemen Liverpool membatalkan keputusan tersebut. "Kami percaya, kami telah mengambil keputusan yang salah pada pekan lalu. Untuk itu, kami mohon maaf untuk hal itu," kata Direktur Eksekutif Liverpool, Peter Moore, seperti dikutip Eurosport, Senin (6/4) waktu setempat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement