Selasa 07 Apr 2020 18:02 WIB

Jeddah, Gerbang Makkah, dan Sentuhan Utsman bin Affan

Jeddah menjadi gerbang jamaah haji menuju Kota Makkah.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Nashih Nashrullah
Jeddah menjadi gerbang jamaah haji menuju Kota Makkah. Jamaah haji India pulang naik kapal dari pelabuhan jeddah.
Foto: Google,com
Jeddah menjadi gerbang jamaah haji menuju Kota Makkah. Jamaah haji India pulang naik kapal dari pelabuhan jeddah.

REPUBLIKA.CO.ID, Jeddah tak bisa dipisahkan dari sejarahnya sebagai kota pelabuhan yang jadi penghubung Makkah ke dunia luar. Sejak abad ke-7 masehi, Pelabuhan Jeddah merupakan kunci masuknya barang-barang ke Makkah. 

Jamaah haji dari seluruh dunia yang berangkat menggunakan kapal juga biasa melabuhkan kapalnya di sana. Tak salah menamai Jeddah sebagai 'Gerbang Makkah.

Baca Juga

Dilansir dari situs resmi UNESCO pada Selasa, (7/4) Jeddah jadi kota multikultural berkat perannya dalam perdagangan dan pelabuhan jamaah haji. 

Salah satu bangunan khas di sana berupa rumah menara hasil kombinasi tradisi bangunan pesisir laut merah dengan pengaruh budaya lain.

Peran Jeddah sebagai kota penghubung Makkah sebenarnya bermula ketika pelabuhan dibuka secara resmi oleh Khalifah Islam ketiga, Utsman bin Affan pada 646 Masehi. Pelabuhan lantas mengubah wajah Jeddah yang semula hanya kota nelayan menjadi makin cantik.

Dengan perannya yang strategis, penduduk Jeddah mengalami peningkatan kesejahteraan. Mereka tak lagi menggantungkan diri dengan mencari ikan. Rumah penduduk di sana makin besar dan punya arsitektur cantik bukti percampuran budaya.

Selain fungsi perdagangan, Jeddah pernah mencatatkan peran penting yaitu membendung serangan dari penjajah Portugis di masa Sultan Mamluk pada abad ke-13. 

Dua abad berselang, Jeddah jadi wilayah yang dijaga oleh Kesultanan Turki Ottoman. Kota Jeddah mengalami perbaikan dan penguatan dinding demi mencegah serangan dari laut selama periode itu.

photo
Restorasi Kota Tua Jeddah (Jeddah Historical District), Arab Saudi dimulai sejak tahun 1970-an. - (Darmawan/Republika)

Posisi Jeddah kian penting ketika jalur laut Hindia dibuka setelah pembukaan terusan Suez pada 1869. Ditemukannya kapal uap ikut mendongkrak transportasi antara Eropa dengan Asia. Ini masih ditambah benefit dari posisi Jeddah sebagai penghubung jamaah haji ke Makkah.

"Jeddah adalah pelabuhan bagi semua jamaah haji yang mencapai Arab lewat jalur laut. Ini terjadi selama berabad-abad sampai di masa sekarang," tulis UNESCO.

Dari catatan UNESCO, jamaah haji tidak tiba dengan tangan kosong saat berlabuh di Jeddah. Mereka yang berasal dari Asia dan Afrika membawa serta barang-barang untuk dijual disana. 

Begitu pun dengan jamaah asal Indonesia yang ternyata membawa rempah-rempah untuk dijadikan ongkos selama berhaji. Uang atau barang hasil barter selama di Jeddah menjadi tambahan biaya bagi jamaah haji, termasuk untuk ongkos pulang.

Setelah menunaikan haji, sebagian jamaah ada yang jatuh cinta dengan Jeddah. Mereka memilih tinggal dan memulai dagang disana. Biasanya para pedagang imigran Jeddah berasal dari Yaman, Suriah, Somalia, Pakistan, dan India. Mereka membuka toko kebutuhan sehari-hari atau restoran.

"Semua barang, makanan, rempah-rempah dan budaya saling bertemu satu sama lain. Inilah yang akhirnya berkontribusi pada identitas Jeddah,".

Lewat sederet perannya itu, Jeddah pantas mendapat pengakuan sebagai situs warisan dunia UNESCO. Kerajaan Arab Saudi juga sudah mengeluarkan aturan khusus demi menjaga nilai historis Jeddah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement