Selasa 07 Apr 2020 16:04 WIB

Warga Brasil tak Ingin Presiden Bolsonaro Mundur

Banyak warga Brasil yang tidak mendukung Presiden Jair Bolsonaro mengundurkan diri

Rep: Puti Almas/ Red: Christiyaningsih
Presiden Brasil Jair Bolsonaro berbicara saat penandatanganan dekrit yang melonggarkan kepemilikan senjata di istana kepresiden Planalto di Brasilia, Brasil, Selasa (7/5).
Foto: AP Photo/Eraldo Peres
Presiden Brasil Jair Bolsonaro berbicara saat penandatanganan dekrit yang melonggarkan kepemilikan senjata di istana kepresiden Planalto di Brasilia, Brasil, Selasa (7/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA — Banyak warga Brasil yang tidak mendukung Presiden Jair Bolsonaro mengundurkan diri meskipun ada kecaman yang meningkat atas penangannya terhadap wabah virus corona jenis baru (Covid-19). Hal ini diketahui berdasarkan jajak pendapat yang diterbitkan dalam surat kabar Folha de S. Paulo pada akhir pekan lalu.

Survei yang dilakukan oleh jajak pendapat Datafolha selama tiga hari tepatnya pada Rabu (1/4) hingga Jumat (3/4). Survei menunjukkan bahwa 59 persen dari 1.511 responden di Brasil menentang pengunduran diri Bolsonaro. Sebanyak 37 persen menyetujui pengunduran diri pemimpin negara itu dan empat persen memilih abstain. Surat kabar juga melaporkan margin of error dari jajak pendapat adalah tiga persen.

Baca Juga

Bolsonaro tidak pernah mengatakan bahwa dirinya mempertimbangkan pengunduran diri. Namun, jajak pendapat mengatakan bahwa kinerja pemerintah dalam menangani pandemi virus corona jenis baru di negara itu buruk, setidaknya oleh 39 persen koresponden yang mengikuti survei.

Sejauh ini, Brasil mencatat jumlah kasus Covid-19 yang dikonfirmasi adalah 11.130 pada Ahad (5/4) sore. Jumlah total kematian akibat infeksi virus corona jenis baru tersebut adalah sebanyak 486.

Sebelumnya, Bolsonaro dianggap menyepelekan Covid-19 yang ia sebut sebagai flu ringan. Banyak gubernur dari negara bagian Brasil serta Kementerian Kesehatan Negara itu yang menentang pandangan Bolsonaro dan memberikan anjuran social distancing (pembatasan jarak sosial) untuk diberlakukan.

Namun, saran tersebut dinilai oleh Bolsonaro akan berdampak pada perekonomian Brasil. Ia bahkan mendesak agar seluruh masyarakat di negara itu tetap bekerja seperti biasa dan meluncurkan sebuah iklan bertema #BrazilCannotStop. Iklan itu berisi imbauan agar para pengusaha, pemilik toko, dan pekerja lainnya serta jutaan warga bahwa Brasil tak dapat dihentikan.

Iklan tersebut juga dibagikan di media sosial oleh sejumlah politisi, termasuk sang putra, Flavio Bolsonaro. Padahal, iklan yang disebut memakan biaya hingga satu juta dolar AS untuk pembuatannya itu ditayangkan tanpa berkonsultasi dengan Kementerian Kesehatan Brasil terlebih dahulu.

Slogan ini mirip dengan #MilanWillNotStop, yang menjadi populer di Italia, tepatnya wilayah bagian utara negara itu pada Februari lalu. Namun tak lama kemudian Italia menjadi pusat penyebaran global virus corona jenis baru. Lebih banyak jumlah kematian terjadi di negara itu daripada Cina sebagai negara pertama virus corona jenis baru ditemukan dan sebelumnya menempati  jumlah kematian nomor satu di dunia. Wali Kota Milan, Beppe Sala, mengatakan juga menyesal sempat berbagi tagar tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement