Selasa 07 Apr 2020 10:19 WIB

Ketika Godaan Mudik Mendadak Muncul

Presiden Jokowi tidak melarang alias mengizinkan mudik dengan beberapa catatan.

Dwi Murdaningsih
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dwi Murdaningsih*)

Saya sempat dibuat galau dan ragu oleh kebijakan pemerintah soal mudik lebaran. Kenapa galau? Karena dalam hati kecil saya ingin sekali mudik saat lebaran. Berjumpa dengan sanak saudara di kampung pada momen fitri tersebut.

Namun, bagian hati kecil saya yang lain bertanya-tanya, apakah kepulangan saya aman? Atau akan menimbulkan mudhorot lantaran mudik di saat pandemi corona belum selesai.

Beberapa hari sebelum ada keputusan soal kebijakan mudik Jokowi pada Kamis (2/4), saya yakin agar tidak mudik sampai suasana aman. Yang membuat saya yakin adalah maklumat dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Ridwan Kamil dengan tegas melarang mudik. Kalau mudik, status OPD dan wajib karantina 14 hari, ada pula kewajiban lapor kepada RT. Yaa, mudik artinya secara sadar mengatakan kita pada status orang dalam pantauan (ODP) .

Pulang kampung tapi isolasi diri selama 14 hari. Pulang kampung tapi tetap jaga jarak, mending tetap di sini. Tetap di sini artinya kita tidak membawa risiko menularkan kepada orang lain di kampung halaman. Saya yang notabene sudah ber-KTP Jawa Barat pun maklum dan berupaya patuh pada maklumat itu.

Lalu tiba-tiba presiden Jokowi memberikan keputusan tidak melarang mudik. Saya yang tadinya yakin untuk tidak mudik menjadi tergoda. Apakah ini godaan? dudududu.. mudik..enggak..mudik..enggak..

"Warga dari zona merah penyebaran Covid-19 tidak dilarang untuk mudik, namun konsekuensinya mereka harus berstatus orang dalam pemantauan (ODP) begitu tiba di kampung halaman," begitu arahan Presiden Jokowi.

Soal ODP ini butuh kesadaran sekali dari masing-masing individu. Apalagi kalau individu yang bersangkutan merasa sehat-sehat saja dan tidak sakit. Jangan sampai sudah ODP, merasa sehat dan PD saja jalan-jalan kesana kemari. Satgas covid di tingkat RT di kampung halaman sana harus tegas.

Saya berharap kebijakan presiden soal mudik ini tidak menjadikan keraguan atau godaan bagi banyak masyarakat. Yang sudah yakin untuk tidak mudik tetaplah pada keyakinan karena kita tidak tahu kondisi diri kita masing-masing. Yang masih mau mudik, coba deh dipikir lagi..

Ketika godaan untuk tetap mudik muncul kembali saya mencoba mengingat apa kata Aa Gym soal wabah corona ini. Menurut Aa Gym, kunci untuk menghentikan corona adalah disiplin.

Disiplin pakai masker, disiplin jaga jarak, disiplin kebersihan, disiplin jaga daya tahan tubuh dan disiplin beribadah. Mari kita semua disiplin.

Jangan nekat pulang jika berpotensi membawa kemudhorotan bagi diri sendiri, keluarga dan orang-orang tercinta. Jangan sampai physical distancing, work from home yang sudah kita lakukan selama hampir sebulan ini sia-sia harus terus menerus diperpanjang lantaran penyebaran virus corona belum berhenti juga.

Tentu, yang terpenting  selalu berharap semoga Ramadhan kali ini, pandemi sudah mereda, sehingga kita bisa kembali beraktivitas seperti sedia kala tanpa rasa was-was. Insyaallah kita segera bisa bertemu dengan orang tua serta kerabat di kampung halaman dalam keadaan yang sehat semuanya.

*) penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement