Selasa 07 Apr 2020 10:01 WIB

Kemenristek: Pengembangan Vaksin Corona Minimal Satu Tahun

Selain vaksin, Tim Konsorsium Covid-19 juga fokus mengembangkan suplemen.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Friska Yolandha
Penelitian vaksin corona, ilustrasi. Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memastikan bahwa penelitian dan pengembangan vaksin Covid-19 Indonesia setidaknya memerlukan waktu minimal satu tahun. Kecuali apabila sudah ada vaksin yang telah dikembangkan di luar negeri sebelumnya sehingga kemudian bisa diproduksi di Indonesia.
Foto: Antara/Umarul Faruq
Penelitian vaksin corona, ilustrasi. Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memastikan bahwa penelitian dan pengembangan vaksin Covid-19 Indonesia setidaknya memerlukan waktu minimal satu tahun. Kecuali apabila sudah ada vaksin yang telah dikembangkan di luar negeri sebelumnya sehingga kemudian bisa diproduksi di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memastikan bahwa penelitian dan pengembangan vaksin Covid-19 Indonesia setidaknya memerlukan waktu minimal satu tahun. Kecuali apabila sudah ada vaksin yang telah dikembangkan di luar negeri sebelumnya sehingga kemudian bisa diproduksi di Indonesia.

"Bagaimana obat dan vaksin? Ini jangka menengah panjang. Untuk vaksin, misalkan kira-kira dibutuhkan paling tidak satu tahun minimal,” kata Menristek/Kepala BRIN, Bambang PS Brodjonegoro, saat konferensi pers daring, Senin (6/4).

Baca Juga

Selain vaksin, Tim Konsorsium Covid-19 yang dipimpin oleh Kemenristek/BRIN juga sedang fokus mengembangkan suplemen untuk menjaga imunitas tubuh masyarakatm suplemen ini dibuat dan dikembangkan dari berbagai bahan baku yang ada di Indonesia.

Kemudian, tim juga mengembangkan pengkajian obat Covid-19, salah satunya pil kina yang memiliki kesamaan dengan Chloroquine, obat malaria. "Mudah-mudahan dengan pengujian ini ada sesuatu barangkali berkontribusi pada pengobatan Covid-19,” kata Bambang menambahkan. 

Selain itu, Tim Konsorsium Covid-19 melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan dua alat tes Covid-19. Bambang mengatakan dua alat tes yakni tes kit berbasis PCR dan tes kit non-PCR atau dikenal sebagai rapid test.

Tes kit berbasis PCR atau dilakukan dengan tes swab, saat ini sudah berjalan. Bambang mengatakan, tes kit ini dalam waktu dekat sudah bisa digunakan untuk menguji Covid-19 di masyarakat. Bambang mengungkapkan, dalam waktu tidak lebih dari satu bulan inovasi ini akan dikembangkan ke dalam mobile tes kit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement