Selasa 07 Apr 2020 07:01 WIB

Soal Gaji, Manchester United Putuskan tak Pakai Dana Negara

Langkah ini jauh berbeda dengan yang dilakukan Liverpool.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Markas Manchester United, Old Trafford.
Foto: Twitter/Manchester United
Markas Manchester United, Old Trafford.

REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Manchester United (MU) tidak akan menggunakan dana pemerintah untuk melindungi sekitar 900 staf pekerja penuh mereka, selama pandemi corona. CEO United, Ed Woodward mengonfirmasi, klub akan membayar pegawai mereka seperti biasanya. 

Langkah ini jauh berbeda dengan yang dilakukan Liverpool. Meski sama-sama klub kaya yang dimiliki triliuner asal Negeri Paman Sam, manajemen the Reds memotong gaja para karyawannya. Selain itu, Liverpool juga memanfaatkan bantuan pemerintah untuk membayar para stafnya.

MU juga telah memastikan staf mereka mendapatkan tanggungan selama lockdown. Ini khusus bagi mereka yang tak bisa bekerja lantaran beberapa ada yang jadi relawan National Healt Service (NHS) atau masuk komunitas lokal. 

Para pekerja akan menerima nominal sejumlah rata-rata pembayaran mingguan berdasarkan waktu kerja selama Desember dan Februari. MU juga menambahkan, akan terus memberikan pembayaran kepada pekerja tidak tetap khusus saat pertandingan, untuk sisa musim Liga Primer Inggris.

Mantan kapten MU Gary Neville, ikut memberikan komentar soal langkah Iblis Merah ini. ''Sebagai fan Manchester United, saya kecewa mereka butuh waktu tiga pekan untuk keluar memberikan pernyataan berarti seperti ini,'' jelas dia, dikutip dari Sky Sports, Selasa (7/4).

Pengumuman MU ini datang sehari setelah rival lokal mereka, Manchester City, jadi tim pertama yang mengonfirmasi tidak akan menggunakan dana pemerinta untuk membayar staf non-pertandingan. Keputusan MU muncul setelah lima klub menyatakan siap menggunakan dana pemerintah dengan negara akan membayar 80 persen gaji para pegawai mereka saat tidak bekerja. 

''Manchester United, sebagai klub paling terkenal di dunia dan terbesar di Liga Primer Inggris dari sisi pendapatan, seharusnya jadi pioner dan memimpin di depan,'' ucap Neville.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement