Selasa 07 Apr 2020 06:04 WIB

Begini Cara Tepat Gunakan Disinfektan dan Antiseptik

Ada kekeliruan pemakaian secara masif ke berbagai tempat, bahkan ke tubuh.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Petugas medis menyemprotkan cairan antiseptik pembersih tangan pengunjung.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petugas medis menyemprotkan cairan antiseptik pembersih tangan pengunjung.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Menjaga kebersihan salah satu cara memutus mata rantai penularan Covid-19. Cara yang dilakukan mulai dari memakai antiseptik untuk membasuh tangan, dan disinfektan yang diusap atau disemprot ke benda mati.

Tapi, ada kekeliruan pemakaian secara masif ke berbagai tempat, bahkan ke tubuh. Peneliti Fakultas Farmasi UGM, Endang Lukitaningsih menjelaskan, disinfektan bahan kimia untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme. Seperti bakteri, virus dan jamur, bukan spora-spora di permukaan benda mati seperti lantai, furniture dan ruangan.

Karenanya, kata dia, disinfektan tidak digunakan ke kulit atau selaput lendir karena berisiko iritasi dan potensi memicu kanker. "Hal ini berbeda dengan antiseptik yang memang ditujukan untuk disinfeksi pada permukaan kulit dan membran mukosa," kata Endang, Senin (6/4).

Disinfektan bisa pula digunakan untuk membersihkan permukaan benda dengan mengusap larutan disinfektan di bagian yang terkontaminasi. Misal, lantai, dinding, tombol lift, permukaan meja, daun pintu dan lain-lain.

 

Menurutnya, pemakaian disinfektan teknik spray atau fogging dipakai untuk mengendalikan jumlah antimikrobia dan virus di ruangan berisiko tinggi. Sedangkan, ruangan yang sulit dijangkau, bisa menggunakan sinar UV dengan panjang gelombang tertentu. "Proses ini akan mencegah penularan mikroorganisme patogen dari permukaan benda ke manusia," katanya. 

Bila ingin memakai disinfektan, Endang menyampaikan, ada beberapa produk yang direkomendasikan untuk disinfeksi.  Contohnya, sodium hipoklorit, amonium kuartener (sejenis deterjen kationik), alkohol 70 persen dan hidrogen peroksida.

Tapi, ia mengimbau, masyarakat perhatikan petunjuk pemakaian agar produk bisa dipakai aman dan efektif. "Konsentrasi disinfektan yang dipakai perlu diperhatikan. waktu kontak obyek dan disinfektan antara 1-10 menit tergantung jenisnya, serta gunakan sarung tangan dan pastikan ventilasi yang baik mengurangi paparan saat pemakaian," ujar Endang.

Dikatakan Endang, antiseptik merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme ke jaringan yang hidup. Contohnya, permukaan kulit dan membran mukosa.

Tujuannya, mengurangi kemungkinan infeksi, sepsis atau pembusukan. Beberapa antiseptik germisida sejati yang mampu menghancurkan mikroba, sedangkan yang lain bersifat bakteriostatik dan cuma mencegah atau menghambat pertumbuhan.

Antiseptik sering dipakai untuk bersihkan luka, mensterilkan tangan sebelum melakukan tindakan yang memerlukan sterilitas. Misalnya, povidon iodin, kalium permanganat, hidrogen peroksida dan akohol.

"Hand sanitizer umumnya mengandung antiseptik seperti alkohol 60-70 persen. Kadar bahan aktif pada antiseptik jauh lebih rendah daripada disinfektan," kata Endang.

Tapi, Dekan Fakultas Farmasi, Agung Endro Nugroho menyarankan, penyemprotan disinfektan tidak langsung kepada manusia dan makhluk hidup. Selain tidak efektif, pemakaian seperti itu dikhawatirkan akan mengganggu ekosistem.

Pengunaan bilik (chamber) penyemprotan dengan disinfektan langsung ke tubuh manusia, juga tidak disarankan. Kecuali, memakai cairan antiseptik yang sudah dipastikan aman dan melindungi bagian tubuh yang terbuka terhadap paparan.

"Untuk manusia, pencegahan terhadap penularan virus bisa dilakukan dengan sering mencuci tangan memakai sabun atau hand sanitizer, menjaga pola makan dan pola hidup sehat untuk menjaga imunitas," kata Agung.

Dia menilai, penyemprotan disinfektan kepada lingkungan perlu dipertimbangkan kembali. Penyemprotan dapat dilakukan dengan membatasi jumlah dan daerah yang disemprot seperti yang butuhkan sterilitas di rumah sakit dan ruangan PDP.

"Cara terbaik menggunakan disinfektan adalah langsung mengelap atau mengusap kepada benda-benda yang diperkirakan rentan tertempel virus Covid-19," ujar Agung.

Tim Peneliti Fakultas Farmasi UGM lain, Ika Puspita Sari menuturkan, Covid-19 memiliki lapisan dinding virus dari amplop glikoprotein yang membungkus RNA bagian dalam. Mematikan virus butuh bahan yang mampu merusak amplop dan material dalam.

Amplop tidak hancur pakai air saja, jadi perlu alkohol atau srufaktan (WHO). Ada bahan lain yaitu Enviromental Protection Agencies (EPA) telah merilis 351 sediaan yang dapat digunakan sebagai disinfektan untuk membunuh virus.

Termasuk, virus corona dengan waktu kontak yang efektif. Salah satu sediaan yang dimaksud etanol konsentrasi minimal 60 persen. Dengan konsentrasi itu, dapat melarutkan bagian apolar dari dinding virus agar virus dapat rusak.

Selain itu, bahan golongan klorin (klorin dioksida, sodium hipoklorit, dan asam hipoklorit) bisa membunuh virus dengan jalan masuk menembus dinding virus. Serta, akan merusak bagian dalam virus.

Contoh sediaan lainnya benzalkonium klorida yang termasuk dalam golongan surfaktan kationik yang saat ini banyak digunakan pada cairan disinfektan. Tapi, kedua bahan ini mudah menguap, berisiko mengganggu pernafasan jika terhirup.

"Ada juga hidrogen peroksida yang merupakan senyawa oksidator kuat dan bisa merusak dinding virus dan material di dalamnya. Namun, penggunaan berlebih akan mengakibatkan iritasi hingga kerusakan kulit," ujar Ika. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement