Senin 06 Apr 2020 19:49 WIB

Kisah Fitnah Terhadap Aisyah Istri Nabi (Bagian 2)

Aisyah begitu sedih karena fitnah terhadap dirinya.

Kisah Fitnah Terhadap Aisyah Istri Nabi (Ilustrasi)
Foto: tangkapan layar google
Kisah Fitnah Terhadap Aisyah Istri Nabi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aisyah melanjutkan kisah tentang fitnah yang pernah menerpanya pada masa Rasulullah SAW masih hidup. Istri Nabi Muhammad SAW itu mengungkapkan, kalangan munafik-lah yang begitu senang menyebarkan gosip bahwa dirinya berselingkuh.

"Orang yang paling getol dalam hal itu adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. Aku tiba di Madinah, lalu selama sebulan aku jatuh sakit, sementara orang-orang menggunjingkan perkataan para penyebar gosip (ahlul-ifki). Waktu itu, aku belum menyadarinya sama sekali.

Baca Juga

Barulah ketika aku agak sehat dan keluar bersama Ummu Misthah menuju Manaashi’ –yaitu tempat buang hajat kami--tiba-tiba Ummu Misthah terjatuh dan langsung mengatakan, 'Celakalah si Misthah!’

Aku berkata, ‘Buruk sekali ucapanmu! Mengapa engkau memaki orang yang pernah ikut Perang Badar?!'

Jawabnya, 'Duhai anakku, apakah kamu belum mendengar apa yang ia katakan?’

Aku bertanya, ‘Apa yang ia katakan?’

Maka, Ummu Misthah memberitahukan kepadaku ihwal perkataan ahlul ifki. Sejak saat itu, penyakitku tambah parah.

Ketika Rasulullah masuk ke bilikku, aku meminta kepadanya, 'Apakah engkau mengizinkan aku mengunjungi rumah orang tuaku?'

Di rumah orang tuaku, sebetulnya aku hanya ingin memastikan kebenaran berita itu dari mereka. Beliau (Rasul SAW) mengizinkan.

Maka, aku mendatangi orang tuaku. Aku bertanya kepada ibuku, 'Ibu, apa yang orang-orang di luar sana bincangkan?’

Ia menjawab, 'Oh anakku, lapangkanlah hatimu. Demi Allah, kalau seorang perempuan sangat cantik dan dicintai suaminya serta dia punya madu, pasti madunya akan mengganggunya.’

Aku berkata, ‘Subhanallah!’ Apa benar orang-orang membicarakan hal itu?’

Aku pun menangis malam itu sampai pagi. Tidak pernah berhenti air mataku mengalir dan tidak sekejap pun aku tidur. Lalu paginya, aku masih menangis.

Kemudian Rasulullah memanggil Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid. Ketika itu, wahyu tidak turun-turun. Beliau meminta pendapat mereka berdua tentang kemungkinan menceraikan istrinya.

Usamah mengemukakan pandangannya tentang apa yang ia ketahui mengenai ketidakbersalahan istri beliau. Katanya, 'Wahai Rasulullah, ia adalah istri Anda, dan kami tidak mengetahui kecuali kebaikan!’

Adapun Ali berkata, ‘Allah tiak memberi kesempitan kepada Anda. Perempuan selain dia banyak. Kalau Anda menanyai budak wanita itu, pasti dia akan menjawab sejujurnya.’

Maka beliau memanggil Bariirah dan bertanya, 'Hai Bariirah, apakah kamu lihat sesuatu yang mencurigakanmu pada diri Aisyah?'

Bariirah menjawab, ‘Demi Allah yang mengutus Anda dengan kebenaran, saya tidak melihat sesuatu yang saya ragukan pada dirinya selain fakta bahwa dia hanyalah seorang gadis belia yang ketiduran menjaga adonan keluarganya sehingga datang ayam yang memakannya.’

Mendengar hal itu, Rasulullah bangkit lalu menuju mimbar. Di atas mimbar, beliau meminta uzur bagi Abdullah bin Ubay.

Kata beliau, ‘Wahai kaum Muslimin, siapa yang maklum kalau aku ambil tindakan atas seseorang yang menyakiti aku dengan memfitnah istriku? Demi Allah, aku tidak mengetahui selain kebaikan pada istriku!’"

(Bersambung)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement