Ahad 05 Apr 2020 08:41 WIB
Corona

APD dan Gaya Astronot Atau Hollywood: Perlukah?

Kesedihan pandemi Corona pasca banyaknya petugas Pemilu 2019 yang gugur.

Perawat mengenakan pakaian alat pelindung diri (APD) di Ruang Isolasi Infeksi Khusus (RIIK) untuk wabah Virus Corona.
Foto: Abdan Syakura/Republika
Perawat mengenakan pakaian alat pelindung diri (APD) di Ruang Isolasi Infeksi Khusus (RIIK) untuk wabah Virus Corona.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: DR Chusnul Mar'iyah, Dosen Universitas Indonesia

Kita masih bersedih, ribuan pekerja pemilu dan rakyat yang protes gugur di pemilu 2019. Apa yang sudah negara lakukan untuk mereka yang telah gugur? Sementara hasilnya ada yang sudah duduk di singgasana istana, atau duduk di lembaga-lemabag terhormat parlemen. Apa yang sudah dilakukan?

 

Saat ini kita dihadapkan kembali dengan banyaknya Dokter dan tenaga kesehatan yang gugur karena wabah covid 19 ini. Apakah negara hadir? Apa yang sudah dilakukan? Pernyataan bela sungkawa sudahkah dilayangkan?

 

Saya bertanya-tanya di mana beliau-beliau ini tertular virus tersebut? Apakah karena tidak menggunakan alat pelindung diri? Adakah sesungguhnya dalam Ilmu kedokteran pakaian penangkal virus? Bukankah selama ini dikenal dengan pakain STERILISASI? Mulai dari ruangan, alat-alt  medis dan pakaian2 dokter di ruang operasi yang steril?

 

Kali ini kita sudah diekspos dengan “pakaian astronot” itu oleh dunia. Kemudian kita beramai-ramai membuat pakaian astronot. Apakah virus tidak bisa menembus baju? Beberapa waktu lalu saya diberi tahu seorang dokter bahwa ada bahan yang dianggap virus bisa tembus. Siapa pemain bisnis terbesarnya? Siapa yang membuat industry kain tersebut? Kita dibuat panik.

 

Bagi tenaga kesehatan pakai masker, kaca mata google, pakai boot, handscoon itu semua masuk akal. Alat-alat tersebut sudah ada sejak dahulu digunakan di ruang berisiko. Hal itu melindungi tenaga medis dar residu-resideu yang membahayakan. Misalnya percikan darah atau cairan tubuh lainnya.

 

Tapi pakaian Hazmat? Buat apa sebetulnya? Perlindungan yang masuk akal menurut seorang dokter sahabat saya sebagai berikut:

 

1. Pakai baju khusus saat praktik/piket, baju yang disterilkan Rumah Sakit.

 

2.  Pakai masker 95, handscoon, saat memeriksa pasien. Ganti Handscoon tiap kali ganti pasien.

 

3.  Pakai boot dan kaca mata google untuk yang bekerja di ruang operasi.

 

4.  Selesai praktek, sebelum pulang, mandi dengan sabun, bersihkan seluruh badan, pakai baju yang tadi dipakai dari rumah.

 

5.  Di awal dan diakhir tugas, jangan lupa berdoa. Allah musta’an.

 

Akhir-akhir ini tampilan baju astronot menjadi ramai dibicarakan. Tampilannya persis gaya film Hollywood. Brain image sedang dibangun, bahwa virus bisa nyelip-nyelip di sela-sela baju dokter. Maka pakaian Hazmat dicari dan diproduksi. Kembali kita dibuat panik.

Pertanyaan menggelitik adalah apakah virus memiliki kaki yang bisa jalan-jalan? Menurut seorang dokter satu-satunya bakteri yang punya kaki adalah entamoba coli, itupun kaki palsu, kaki itu pakai bukan untuk berjalan, tapi untuk “merangkul dan memakan” lawannya. 

Jadi kesimpulannya menutup semua badan hanya di kamar tindakan, itupun “baju OK” steril bukan “Hazmat”.

 

Kesimpulannya: Hazmat untuk APD bagi dokter/perawat sepertinya tidak perlu. Jangan buang uang beli hazmat untuk dokter/perawat. Kalau mau menyumbang untuk dokter/perawata tanyakan dahulu apa kebutuhannya.

Namun, sangat penting untuk beli “masker kain” saja untuk rakyat. Ajari jaga jarak sehat (physical distancing) dan kurangi social distancing, sabar tinggal di rumah, hidup bersih, cuci tangan dengan sabun.

Pada saat ini lebih baik kita beli beras, telor, minyak dan sabun untuk para tetangga kita yang berkekurangan dan para pekerja harian. Kemudian yang paling utama mari kita berdoa dan bertaubat memohon ampunan kepada Allah SWT.

Mari kita memohon agar kita dapat memasuki bulan Ramadlon tanpa wabah.

Laa ilaaha illa anta Subhaanaka inni kuntu minadz dzoolimiin.

 

Semoga bermanfaat.

________

 

* Tulisan ini juga disarikan dari chat ba’da Shubuh dengan seorang sahabat dokter.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement