Sabtu 04 Apr 2020 15:36 WIB

Turki Jamin Studi Penerima Beasiswa dari Indonesia

Turki menjamin kelanjutan studi dan memberi hak beasiswa penerima dari Indonesia.

Red: Nur Aini
Mahasiswi dan mahasiswa di laboratorium kampus di Turki (Ilustrasi)
Foto: Ist
Mahasiswi dan mahasiswa di laboratorium kampus di Turki (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemerintah Turki menjamin kelanjutan studi pelajar/mahasiswa Indonesia penerima beasiswa dari pemerintah setempat di tengah krisis akibat wabah virus corona tipe baru atau Covid-19.

Kepastian tersebut disampaikan oleh Presiden YTB Abdullah Eren dan Sekretaris Jenderal TDV Abdurrahman Cetin dalam dua percakapan video secara terpisah dengan Duta Besar RI untuk Turki Lalu Muhamad Iqbal, masing-masing pada 31 Maret dan 3 April 2020.

Baca Juga

Dalam pembicaraan dengan kedua petinggi lembaga pemberi beasiswa Turki tersebut, Iqbal menanyakan rencana kedua lembaga terhadap para pelajar/mahasiswa. Dubes Iqbal juga menawarkan untuk berbagi beban dan bersama-sama memikirkan kelanjutan studi pelajar/mahasiswa.

Menurut Iqbal, kedua pimpinan lembaga mengakui memang ada ketidaknyamanan akibat seluruh sumber daya pemerintah Turki sejak pertengahan Maret 2020 difokuskan kepada penanganan Covid-19.

"Namun keduanya mengonfirmasi bahwa seluruh pelajar/mahasiswa Indonesia penerima beasiswa akan dijamin kelanjutan studinya dan akan diberikan hak-hak beasiswanya secara penuh selama situasi kedaruratan ini. Semoga berita ini menenangkan orang tua dan keluarga pelajar/mahasiswa penerima beasiswa," kata Dubes Iqbal melalui keterangan tertulis, Sabtu (4/4).

Selain menjamin kelangsungan studi pelajar dan mahasiswa penerima beasiswa, kedua pimpinan lembaga pemberi beasiswa juga menjamin jika ada mahasiswa yang membutuhkan perawatan kesehatan, termasuk yang terkait dengan Covid-19, mereka akan diperlakukan sama dengan warga negara Turki.

“Dua minggu lalu seorang mahasiswa Indonesia yang meminta pelayanan ke KBRI terdeteksi panas tubuhnya di atas 38 derajat Celcius. Kami langsung menghubungi call center pemerintah Turki dan mahasiswa tersebut langsung dijemput oleh ambulans dan dibawa ke rumah sakit rujukan untuk pengetesan dan perawatan. Alhamdulillah hasil tesnya negatif dan mahasiswa tersebut diperbolehkan pulang tanpa harus membayar," ujar Iqbal.

 

Sebagaimana diberitakan, hampir sebagian besar asrama mahasiswa milik pemerintah di Turki digunakan sebagai tempat karantina bagi puluhan ribu warga Turki yang baru kembali dari luar negeri. Mereka termasuk jamaah umrah, mahasiswa Turki yang dievakuasi dari luar negeri, dan tentara yang baru kembali dari penugasan di pangkalan militer Turki di luar negeri.

Akibatnya, sebagian mahasiswa harus meninggalkan asrama, sebagian menumpang di rumah mahasiswa lain selama beberapa hari. Sebagian lainnya pindah ke asrama yang dikelola oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Turki.

Saat ini terdapat sekitar 4.500 WNI di Turki. Dari jumlah tersebut, 1.500 orang di antaranya bekerja sebagai terapis spa, sekitar 2.700 adalah pelajar/mahasiswa, dan sisanya adalah WNI yang bekerja di organisasi-organisasi internasional dan mereka yang menikah dengan warga negara Turki.

Sementara itu, dari jumlah pelajar/mahasiswa yang ada di Turki, 330 orang di antaranya adalah penerima beasiswa, sedangkan selebihnya adalah mereka yang belajar di Turki atas biaya sendiri.

Guna menangani dampak Covid-19 terhadap WNI di Turki, KBRI Ankara, dan KJRI Istanbul telah membuat rencana kontigensi dan membentuk satuan tugas bersama dengan melibatkan wakil masyarakat Indonesia di hampir semua kota di Turki maupun Siprus Utara.

Sejak diumumkannya kasus Covid-19 pertama di Turki pada 10 Maret 2020, hingga 3 April 2020, pemerintah Turki telah melakukan tes Covid-19 terhadap 125.556 orang. Dari hasil test tersebut diketahui terdapat 18.135 pasien positif, 356 orang meninggal dunia, 1.101 pasien di ICU, dan 415 orang sembuh.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement