Sabtu 04 Apr 2020 10:11 WIB

New York Berpacu dengan Waktu dalam Melawan Corona

Jumlah kematian New York akibat corona hampir samai korban Serangan 11 September 2001

Rep: Febryan A/ Red: Friska Yolandha
Pejalan kaki melintasi Sixth Avenue, New York, Amerika Serikat, Jumat (3/4). Angka kematian akibat virus corona alias Covid-19 terus melonjak di New York, Amerika Serikat. Bahkan jumlah nyawa yang hilang sudah setara dengan korban jiwa akibat Serangan 11 September 2001.
Foto: AP Photo/Frank Franklin II
Pejalan kaki melintasi Sixth Avenue, New York, Amerika Serikat, Jumat (3/4). Angka kematian akibat virus corona alias Covid-19 terus melonjak di New York, Amerika Serikat. Bahkan jumlah nyawa yang hilang sudah setara dengan korban jiwa akibat Serangan 11 September 2001.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Angka kematian akibat virus corona alias Covid-19 terus melonjak di New York, Amerika Serikat. Bahkan jumlah nyawa yang hilang sudah setara dengan korban jiwa akibat Serangan 11 September 2001.

Jumlah korban jiwa akibat serangan itu tercatat sekitar 3.000 orang. Sedangkan angka kematian terkait corona di New York, kata pemerintah negara bagian, telah mencapai 2.935 orang. 

Baca Juga

"Secara pribadi, sulit untuk melewati ini sepanjang hari, dan kemudian sulit untuk terjaga sepanjang malam menyaksikan angka korban jiwa terus bertambah dan menyadari bahwa Anda bertanggung jawab atas kapal (New York) pada saat ini," kata Gubernur New York Andrew Cuomo dilansir Reuters, Jumat (3/4).

Wali Kota New York, Bill de Blasio mengatakan, kota itu kini tengah berpacu dengan waktu dalam menghadapi virus corona. Terlebih karena seperempat angka kematian akibat corona di AS tercatat di New York. Jumlah angka kematian secara nasional mencapai 7.000 orang. 

Blasio pun memperingatkan bahwa kota itu sangat membutuhkan bantuan tenaga medis, persediaan dan tempat tidur rumah sakit. Untuk itu, ia kembali menyerukan agar pemerintah federal AS mulai memobilisasi militer.

"Kami berurusan dengan musuh yang membunuh ribuan orang Amerika, dan banyak orang sekarat yang tidak perlu mati," kata Blasio dalam konferensi persnya.

Pemerintah Negara Bagian maupun Kota New York sama-sama mengeluhkan bahwa bantuan dari pemerintah federal belum mencapai wilayah mereka. Tapi Cuomo cukup mengapresiasi langkah cepat Presiden Donald Trump menanggapi permintaan agar rumah sakit di pusat pertemuan Manhattan turut dijadikan rumah sakit rujukan. Rumah sakit itu sebelumnya hanya menangani kasus noncorona.

Namun demikian, angka kematian akibat Covid-19 di New York tetap saja belum terkendali. Tercatat dalam 24 jam terakhir, hingga Jumat pagi, jumlah korban jiwa mencapai 562 orang.

Seorang dokter di sebuah rumah sakit di New York menceritakan kedatangannya pada Jumat dan mengetahui bahwa tiga pasiennya telah meninggal pagi itu. Beberapa jam kemudian, dia kembali sibuk memberikan tindakan medis terhadap paru-paru 2 orang pasien. 

"Aku belum pernah melihat hal seperti ini. Saya bahkan belum pernah mendengar hal seperti ini di negara maju," katanya kepada Reuters dengan syarat anonim karena ia tidak berwenang untuk berbicara dengan media.

Dokter lain, Dr Craig Spencer, direktur kesehatan global dalam pengobatan darurat di Pusat Medis Universitas Columbia di New York, menggambarkan pemandangan di dalam tenda-tenda yang didirikan di luar rumah sakit untuk membantu menampung peningkatan jumlah pasien. “Di sejumlah tenda yang sama itu, saya melihat terlalu banyak rasa sakit, kesepian, dan kematian. Orang-orang sekarat sendirian,” tulisnya di Twitter, Kamis malam.

Berdasarkan Universitas Johns Hopkins pada Jumat pagi, New York City telau menyumbang lebih dari seperempat dari 7.077 kematian akibat virus corona di AS. Adapun jumlah kasus terinfeksi di AS telah mencapai 275.000 atau setara dengan 25 persen dari total kasus secara global yang telah mencapai satu juta. Pada Jumat saja dilaporkan ada 30.000 kasus baru di AS.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement