Jumat 03 Apr 2020 16:04 WIB

Ikhlas, Sabar, dan Syukur

Ada tiga hal yang perlu dilakukan oleh seorang Muslim dalam menghadapi ujian

Sabar/ilustrasi
Sabar/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Irwan Kelana

JAKARTA -- Wabah Covid-19 memaksa masyarakat tinggal di rumah, bekerja dari rumah, menjaga jarak sosial, menghindari keramaian, menjauhi pertemuan, bahkan shalat wajib pun harus dilakukan di rumah. Tidak sedikit orang yang merasa bosan, kesal, bahkan stress menghadapi semua itu.

Bagaimana seorang Muslim menyikapi wabah Corona? Ada tiga hal yang perlu dilakukan oleh seorang Muslim dalam menghadapi ujian seperti ini, yakni ikhlas, sabar, dan syukur.

Ikhlas, bahwa apa pun yang terjadi tak lepas dari kehendak Allah. Itu hal pertama yang harus kita yakini. “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (QS Al An’aam: 59).

Kalau Allah berkehendak, tidak ada seorang makhluk pun yang dapat menghalangi-Nya. Allah Mahakuasa, Mahagagah, Mahakuat.

Karena itu, sebagai hamba, kita harus ikhlas atas segala ketentuan dan kehendak Allah, termasuk terjadinya wabah Corona yang saat ini sedang melanda sekitar 120 negara, termasuk Indonesia.

Kedua, sabar atas ketentuan Allah tersebut dan dampak yang ditimbulkannya.  Terpaksa kerja dari rumah (Work From Home/WFH), banyak pekerjaan yang mungkin tertunda, proyek yang harus dijadwalkan ulang, pendapatan yang berkurang dan lain-lain.  Mahasiswa ada yang tertunda ujian kelulusannya, dan wisudanya ditangguhkan.

Harus sabar menghadapi dan menjalani semua ini. Sabar bukan berarti hanya pasrah, melainkan ikhtiar. Biarpun WFH tetap berusaha memberikan kinerja terbaik untuk kantor atau perusahaan tempat kita bekerja. Istilah yang lagi popular sekarang, ‘Jangan kasih kendor”. Sebab, bekerja seaik mungkin itu bagian dari ibadah.

Sabar  juga berarti menjaga bahkan meningkatkan ibadah. Punya waktu lebih banyak di rumah, tingkatkan ibadah, tidak hanya yang wajib, tapi juga yang sunnah. Shalat, mengaji, membaca buku Islam, diskusi agama dengan keluarga dan lain-lain. Perbanyak doa. Barengi sabar dengan shalat. Seperti firman Allah, ““Hai orang-orang yang beriman ! Mohonlah pertolongan dengan sabar dan Salat; sesungguhnya, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. 2 / Al Baqarah : 154).

Ketiga, syukur. Bersyukur masih diberi nikmat sehat, masih dapat gaji meski kerja di rumah, masih dapat rezeki dari berbagai jalan yang Allah siapkan. Sementara sebagian saudara kita, khususnya kalangan menengah bawah, mungkin banyak yang menghadapi kesulitan keuangan akibat adanya wabah Corona. Misalnya, para pengemudi ojek, pedagang di kantin sekolah, pedagang keliling,  dan lain-lain.

Nah syukur tersebut tidak hanya dalam bentuk zikir lisan, tapi juga perbuatan atau aksi nyata. Perbesar jiwa sosial kita. Bantulah saudara-saudara kita yang terdampak kebijakan WFH dan jarak sosial akibat wabah Corona. Bantulah mereka, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan komunitas warga, kantor, teman dan lain-lain.

 

Kalau tiga hal tadi – ikhlas, sabar dan syukur – kita tegakkan dalam kehidupan sehari-hari, insyaAllah kita bisa menghadapi wabah pandemic Covid-19 atau Corona dengan tenang, terukur, dan penuh prasangka baik dan tawakal kepada Allah, serta gemar menolong mereka yang membutuhkan bantuan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement