Jumat 03 Apr 2020 13:21 WIB

ADB: Ekonomi Indonesia Tumbuh 2,5 Persen Tahun Ini

Ekonomi Indonesia bisa membaik pada 2021 jika pemerintah mengambil tindakan tegas.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ ADB) memperkirakan, ekonomi Indonesia tumbuh 2,5 persen pada 2020 di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi virus corona (Covid-19). Nilai tersebut turun setengah dari proyeksi ADB pada 2019, yakni 5,0 persen.
Foto: Republika
Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ ADB) memperkirakan, ekonomi Indonesia tumbuh 2,5 persen pada 2020 di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi virus corona (Covid-19). Nilai tersebut turun setengah dari proyeksi ADB pada 2019, yakni 5,0 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ ADB) memperkirakan, ekonomi Indonesia tumbuh 2,5 persen pada 2020 di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi virus corona (Covid-19). Nilai tersebut turun setengah dari proyeksi ADB pada 2019, yakni 5,0 persen.

Prediksi pelambatan ekonomi versi ADB disampaikannya dalam laporan Asian Development Outlook yang dirilis Jumat (3/4). Direktur ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein mengatakan, Indonesia memiliki fundamental makroekonomi yang sangat kuat. Tapi, wabah Covid-19 telah mengubah arah ekonomi. 

Baca Juga

"Hal ini seiring dengan lingkungan eksternal yang memburuk dan pelemahan permintaan domestik," katanya, seperti dilansir di situs resmi ADB, Jumat.

Wicklein mengatakan, ekonomi Indonesia bisa kembali pulih menjadi 5 persen pada 2021. Hanya saja, pemerintah harus melakukan tindakan tegas dan efektif untuk menahan dampak Covid-19 terhadap kesehatan dan ekonomi Indonesia. Khususnya untuk melindung orang miskin dan rentan. Hambatan dalam sistem layanan kesehatan dapat memperburuk ekonomi.

Inflasi, yang rata-rata 2,8 persen pada tahun lalu, diprediksi naik tipis menjadi 3,0 persen pada tahun ini. Inflasi akan kembali turun ke 2,8 persen pada 2021.

Tekanan inflasi dari keterbatasan suplai makanan dan depresiasi mata uang diharapkan dapat diimbangi dengan kebijakan harga non subsidi bahan bakar lebih rendah dan subsidi tambahan dari pemerintah untuk listrik dan makanan.

Sementara pendapatan ekspor dari pariwisata dan komoditas diperkirakan menurun, defisit transaksi berjalan diprediksi di level 2,9 persen dari PDB pada tahun ini. Ketika ekspor dan investasi berlanjut pada tahun depan, volume barang modal impor yang lebih tinggi akan menjaga defisit transaksi berjalan pada level yang sama.

Ada beberapa downside risk (faktor yang berpotensi memperlambat ekonomi) bagi Indonesia. Di antaranya, harga komoditas yang lebih rendah dan gejolak pasar keuangan. Dua faktor tersebut bisa memperparah dampak terhadap ekonomi global maupun Indonesia pada tahun ini.

Tidak hanya eksternal, faktor domestik turut berpengaruh, yaitu permintaan dalam negeri yang melemah karena sentimen bisnis dan konsumen yang berkurang. Ketika ekonomi global pulih tahun depan, pertumbuhan Indonesia diperkirakan akan mendapatkan momentum dengan bantuan dari reformasi investasi baru-baru ini.

ADB menilai, berbagai langkah pemerintah dan otoritas keuangan sudah terkoordinasi dengan baik dan memiliki target jelas untuk mengurangi dampak Covid-19 pada ekonomi maupun mata pencaharian masyarakat. Langkah-langkah tersebut termasuk pencairan dana bantuan sosial untuk kaum miskin dan rentan, pemotongan pajak dan bantuan pembayaran pinjaman bagi pekerja maupun dunia usaha.

Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan pertumbuhan ekonomi dalam dua skenario. Untuk skenario sangat berat, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mengalami kontraksi hingga 0,4 persen. Sementara itu, dalam skenario berat, pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 2,3 persen sepanjang 2020.

Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan outlook yang disampaikan Sri pada dua pekan lalu, yaitu antara 2,5 persen sampai nol persen. Tapi, Sri memastikan, skenario tersebut merupakan forward looking atau bersifat antisipatif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement