Kamis 02 Apr 2020 23:03 WIB

Teori-Teori Hadirnya Islam di Negeri Tirai Bambu China

Ada banyak teori hadirnya Islam di China sejak Rasulullah SAW.

Ada banyak teori hadirnya Islam di China sejak Rasulullah SAW. Umat muslim melaksanakan salat zuhur di Masjid Xianxian yang berada di kompleks makam Saad bin Abi Waqash.
Foto: Antara/M. Irfan Ilmie
Ada banyak teori hadirnya Islam di China sejak Rasulullah SAW. Umat muslim melaksanakan salat zuhur di Masjid Xianxian yang berada di kompleks makam Saad bin Abi Waqash.

REPUBLIKA.CO.ID, Tak bisa dimungkiri bahwa umat Islam juga banyak menyerap ilmu pengetahuan serta peradaban dari negeri ini. Beberapa contohnya antara lain, ilmu ketabiban, kertas, serta bubuk mesiu. Kehebatan dan tingginya peradaban masyarakat China ternyata sudah terdengar di negeri Arab sebelum tahun 500 M.

Sejak itu, para saudagar dan pelaut dari Arab membina hubungan dagang dengan `Middle Kingdom', julukan China. 

Baca Juga

Untuk bisa berkongsi dengan para saudagar China, para pelaut dan saudagar Arab dengan gagah berani mengarungi ganasnya samudera. Mereka `angkat layar' dari Basra di Teluk Arab dan kota Siraf di Teluk Persia menuju lautan Samudera Hindia. 

Sebelum sampai ke daratan China, para pelaut dan saudagar Arab melintasi Srilanka dan mengarahkan kapalnya ke Selat Malaka. Setelah itu, mereka berlego jangkar di pelabuhan Guangzhou atau orang Arab menyebutnya Khanfu. Guangzhou merupakan pusat perdagangan dan pelabuhan tertua di China. Sejak itu banyak orang Arab yang menetap di China. 

Ketika Islam sudah berkembang dan Rasulullah SAW mendirikan pemerintahan di Madinah, di seberang lautan China tengah memasuki periode penyatuan dan pertahanan. Menurut catatan sejarah awal China, masyarakat Tiongkok pun sudah mengetahui adanya agama Islam di Timur Tengah. Mereka menyebut pemerintahan Rasulullah SAW sebagai Al-Madinah. 

Orang China mengenal Islam dengan sebutan Yisilan Jiao yang berarti 'agama yang murni'. Masyarakat Tiongkok menyebut Makkah sebagai tempat kelahiran 'Buddha Ma-hia-wu' (Nabi Muhammad SAW). Terdapat beberapa versi hikayat tentang awal mula Islam bersemi di dataran China. Versi pertama menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di China dibawa para sahabat Rasul yang hijrah ke al-Habasha Abyssinia (Ethopia). 

Sahabat Nabi hijrah ke Ethopia untuk menghindari kemarahan dan amuk massa kaum Quraish jahiliyah. Mereka antara lain Ruqayyah, anak perempuan Nabi,  Usman bin Affan, suami Ruqayyah, Sa'ad bin Abi Waqqas, paman Rasulullah SAW dan sejumlah sahabat lainnya.

Para sahabat yang hijrah ke Etopia itu mendapat perlindungan dari Raja Atsmaha Negus di kota Axum. Banyak sahabat yang memilih menetap dan tak kembali ke tanah Arab. Konon, mereka inilah yang kemudian berlayar dan tiba di daratan China pada saat Dinasti Sui berkuasa (581 M-618 M).

Sumber lainnya menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di China ketika Sa'ad Abi Waqqas dan tiga sahabatnya berlayar ke China dari Ethopia pada tahun 616 M. Setelah sampai di China, Sa'ad kembali ke Arab dan 21 tahun kemudian kembali lagi ke Guangzhou membawa kitab suci Alquran. 

Ada pula yang menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di China pada 615 M-kurang lebih 20 tahun setelah Rasulullah SAW tutup usia. Adalah Khalifah Utsman bin Affan yang menugaskan Sa'ad bin Abi Waqqas untuk membawa ajaran Illahi ke daratan China. Konon, Sa'ad meninggal dunia di China pada 635 M Kuburannya dikenal sebagai Geys' Mazars.

Utusan khalifah itu diterima secara terbuka oleh Kaisar Yung Wei dari Dinasti Tang. Kaisar pun lalu memerintahkan pembangunan Masjid Huaisheng atau masjid Memorial di Canton, masjid pertama yang berdiri di daratan China. 

Ketika Dinasti Tang berkuasa, China tengah mencapai masa keemasan dan menjadi kosmopolitan budaya. Sehingga, dengan mudah ajaran Islam tersebar dan dikenal masyarakat Tiongkok.

Pada awalnya, pemeluk agama Islam terbanyak di China adalah para saudagar dari Arab dan Persia. Orang China yang pertama kali memeluk Islam adalah suku Hui Chi. 

Sejak saat itu, pemeluk Islam di China kian bertambah banyak. Ketika Dinasti Song bertahta, umat Muslim telah menguasai industri ekspor dan impor. Bahkan, pada periode itu jabatan direktur jenderal pelayaran secara konsisten dijabat orang Muslim.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement