Kamis 02 Apr 2020 18:42 WIB

Anies Ungkap Proyeksi Kasus Positif Corona ke Wapres

Anies menyebut potensi 8.000 kasus Corona di DKI melihat tingginya angka kematian.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Teguh Firmansyah
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan
Foto: dok. Republika
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, melihat kondisi penyebaran Covid-19 di Jakarta, diproyeksikan ada 8.000 orang yang berpotensi positif, namun belum mendapatkan tes atau belum keluar hasil tes Covid-19-nya.

Hal ini disampaikan Anies saat melakukan video konferensi dengan Wakil Presiden Maruf Amin, Kamis (2/4). Anies mendasarkan pendapatnya itu dari tingginya angka kematian yang ada di Jakarta saat ini.

Baca Juga

Anies pertanggal 2 April 2020 di Jakarta terdapat 885 kasus positif Covid-19. Kemudian ada 561 pasien yang masih dalam perawatan, ada 181 orang yang isolasi mandiri. Dengan 53 orang dinyatakan sembuh dan 90 orang dinyatakan meninggal.

Artinya, jelas Anies, case fatality rate atau angka fatalitas per kasus Covid-19 di Jakarta yang meninggal cukup tinggi di angka 10 persen.  Kemudian kalau diproyeksikan menggunakan angka 400 orang yang meninggal dan dimakamkan dengan prosedur Covid-19, maka jumlahnya mencapai 4.000 kasus.

"Bila yang meninggal (diperkecil) 5 persen maka artinya kita ada 8.000 kasus Pak di Jakarta ini," ujar Anies kepada Wapres saat video konferens, Kamis (2/4).

Perbandingan yang Anies buat ini berdasarkan fakta di lapangan. Banyak warga yang berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) meninggal dunia sebelum hasil resmi keluar dari instansi yang berwenang.

Ia memaparkan pada Kamis siang saja jumlah yang meninggal dunia yang dimakamkan dengan prosedur Covid-19 mencapai 38 orang.

Bila melihat dari pelajaran di tempat lain, kasus yang konfirmasi selalu lebih kecil jumlahnya dibanding yang kenyataanya.  Biasanya setelah satu bulan kemudian baru tahu sesungguhnya Berapa jumlah yang terjadi saat ini. "

"Jadi jumlah yang di tes positif hasilnya positif itu tergantung kecepatan kita melakukan testing. Karena yang di tesnya sedikit, maka jumlah yang konfirmasi positif jadi sedikit juga," terangnya.

Sebaliknya, lanjut Anies, kalau yang di tesnya itu banyak, dan orang-orang yang mungkin relevan dengan interaksi mereka positif, mungkin akan menemukan angka lebih tinggi. "Ini agak-agak menghawatirkan. jadi kalau kalau kita perhatikan masih meningkat terus," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement