Kamis 02 Apr 2020 17:27 WIB

Pemerintah Malaysia Minta Maaf Atas Saran kepada Perempuan

Terjadi peningkatan KDRT 50 persen sejak dimulainya lockdown di pada 18 Maret.

Rep: Puti Almas / Red: Agus Yulianto
Kekerasan dalam rumah tangga/KDRT (ilustrasi)
Foto: www.jkp3.apik-indonesia.net
Kekerasan dalam rumah tangga/KDRT (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR --Pemerintah Malaysia meminta maaf atas adanya saran yang diberikan kepada seluruh perempuan di negara itu untuk memakai kosmetik dan tidak memarahi para suami selama lockdown diberlakukan. Saran ini telah memicu kemarahan dan ejekan dari banyak orang di dunia maya. 

Seperti banyak negara lainnya, Malaysia telah memberlakukan lockdown untuk mengendalikan penyebaran virus corona jenis baru (COVID-19). Semua warga di negara Asia Tenggara ini diminta untuk tetap tinggal di rumah masing-masing dan hanya diperbolehkan keluar untuk membeli bahan makanan atau obat, serta pergi mencari perawatan medis. 

Dalam sejumlah unggahan di Facebook, Kementerian Wanita Malaysia membagikan kiat-kiat bagaimana para istri harus bersikap selama lockdown. Namun, salah stau unggahan yang menunjukkan agar perempuan menahan diri untuk tidak memarahi suami menjadi perhatian utama. 

Selain itu, ada unggahan yang menyarankan wanita yang bekerja di rumah untuk memakai riasan di wajah dan berpakaian rapi. Banyak orang di media sosial yang kemudian mengkritik unggahan tersebut. Salah satu netizen bahkan bertanya-tanya bagaimana hal itu dapat mencegah COVID-19. 

“Bagaimana berdandan di rumah mencegah COVID-19?” tulis netizen tersebut, dilansir One India, Selasa (1/4). 

Kementerian Wanita Malaysia kemudian meminta maaf atas unggahan tersebut. Pihaknya mengakui bahwa itu mungkin telah menyinggung beberapa orang dan berjanji untuk bersikap hati-hati. 

Saran tersebut hanya ditujukan untuk menjaga hubungan positif di antara anggota keluarga selama periode mereka bekerja dari rumah. Dalam beberapa waktu terakhir, terdapat kekhawatiran  akan meningkatnya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di seluruh dunia karena tekanan yang disebabkan oleh lockdown, serta pekerjaan yang menjadi tidak pasti meningkatkan potensi konflik. 

Salah satu badan untuk menanggulangi masalah KDRT telah melaporkan peningkatan laporan lebih dari 50 persen sejak dimulainya lockdown di Malaysia pada 18 Maret. 

sumber : One India
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement