Kamis 02 Apr 2020 13:58 WIB

Langit Kembali Biru, Warga Jakarta Berjemur

Langit Jakarta biru karena polusi udara terbawa air hujan.

Langit Kembali Biru, Warga Jakarta Berjemur. Berjemur di pagi hari merupakan upaya sederhana untuk menjaga kebugaran dan imunitas tubuh guna di tengah pandemi Covid-19.
Foto: ANTARA/Prasetia Fauzani
Langit Kembali Biru, Warga Jakarta Berjemur. Berjemur di pagi hari merupakan upaya sederhana untuk menjaga kebugaran dan imunitas tubuh guna di tengah pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian warga di Gang Kelinci, Jakarta Pusat melakukan aksi berjemur diri setiap pagi ketika cuaca cerah. Mereka berjemur untuk meningkatkan kekebalan tubuh dalam menangkal virus corona jenis baru (Covid-19) sesuai anjuran pakar kesehatan.

"Bagus dan cerah langitnya dan berwarna biru, tapi nggak setiap hari juga, kadang mendung," kata Harto, salah seorang penghuni di Gang Kelinci di Jakarta, Kamis (2/4).

Baca Juga

Kasubid Analisis Informasi Iklim BMKG Pusat, Adi Ripaldi mengatakan kualitas udara DKI Jakarta selama Covid-19 membaik karena tidak banyak mobilitas kendaraan sehingga mengurangi polusi udara. "Langit biru bersih karena polusi udara sudah dicuci oleh air hujan, sehingga pada saat cuaca cerah akan terlihat biru," kata Ripaldi.

Ripaldi juga menyebutkan, langit biru Jakarta juga sebagai refleksi dari kondisi laut yang juga biru. "Mungkin laut kita jadi bersih juga karena aktivitas manusia di laut berkurang," katanya.

Sebelumnya diberitakan, kebijakan jaga jarak sosial (social distancing) dengan kerja dari rumah selama pandemi Covid-19, serta curah hujan yang intens menjadi faktor yang memperbaiki kualitas udara Jakarta. Namun, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyebutkan, kerja di rumah bukanlah faktor tunggal membaiknya kualitas udara Jakarta.

Berdasarkan pemantauan di lima Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) yang dikelola Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, hasilnya menunjukkan perbaikan kualitas udara, terutama menurunnya konsentrasi parameter PM 2.5 selama penerapan kerja di rumah. Penurunan ini juga konsisten dengan tingkat curah hujan.

Ketika curah hujan tinggi, konsentrasi parameter PM 2.5 menunjukkan penurunan dan ketika hari-hari tidak hujan, konsentrasi parameter PM 2.5 sedikit meningkat. Selain itu, arah angin juga berpengaruh terhadap polutan jenis PM 2.5 ini atau partikel debu halus berukuran 25 mikrogram/m³.

Hal tersebut juga dibuktikan pada pantauan Air Quality Index (AQI) Air Visual pada 2 April 2020 sekitar pukul 10.12 WIB. Jakarta pada urutan ke-62 dari urutan kota-kota berpolusi tinggi yang artinya kualitas udara Jakarta lebih baik dari 61 kota lainnya di dunia, dengan Air Quality Index (AQI) di angka 47.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement