Rabu 01 Apr 2020 20:35 WIB

Komunitas Indonegeri Klaim Temukan Jamu Herbal Anticovid

Untuk sementara, obat herbal baru dibagikan untuk komunitas.

Obat-obatan herbal
Foto: dok istimewa
Obat-obatan herbal

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Komunitas Indonesia Green Innovation (Indonegri) menemukan obat herbal Anticovid yang dinilai mampu menghilangkan gejala flu biasa maupun COVID-19. Obat herbal ini diklaim mampu menyembuhkan gejala sakit tenggorokan, demam maupun sesak nafas.

"Melalui penelitian di bidang biomolekuler dan bioinformatika, kami telah menemukan beberapa senyawa kandidat yang dapat mengatasi SARS COV-2," kata Chief Research Officer Komunitas Indonegri Sulfahri, Rabu (1/4).

Baca Juga

Menurut dia, proses penelitian diawali dengan menargetkan 3 protein pada SARS-CoV-2 yang bertanggung jawab pada replikasi dan penempelan SARS-CoV-2 pada sel inang. Protein tersebut yaitu ACE-2, 3-chymotrypsin-like protease (3CL-protease) dan COVID-19 Polymerase..

Adapun 3CL-protease adalah protease utama yang digunakan dalam proses replikasi virus. Sedangkan COVID-19 Polymerase juga merupakan protein untuk replikasi RNA yang berfungsi sebagai reseptor target.

"Beberapa herbal di Indonesia diduga mengandung senyawa potensial yang memiliki kemungkinan untuk menghambat protein 3CL-protease dan COVID-19 Polymerase," kata Sulfahri.

Sulfahri mengungkapkan tentang tiga senyawa aktif yang berhasil diidentifikasi dari herbal potensial nusantara yakni Kaempferol, Quercetin dan Purpurin 18 Methyl Ester. Ketiga senyawa itu dapat menjadi kandidat obat SARS-CoV2 berdasarkan uji molecular docking, bioactivity dan drugs likeness.

"Efektivitas senyawa aktif yang diidentifikasi dibandingkan dengan senyawa pembanding, yaitu Chloroquine yang merupakan senyawa yang telah banyak dieksplor oleh ilmuwan China untuk mengobati COVID-19," ujarnya.

Berdasarkan penelitian itu pula, Sulfahri menyampaikan bahwa ada beberapa jenis rempah yang dipilih oleh pihaknya untuk diformulasikan menjadi produk unggulan, di antaranya adalah Zingiber officinale, Curcuma zedoaria, Clinacanthus nutans, Curcuma domestica, Caesalpina crista, Vemonia amygdalina, Nigelia sativa.

"Alasan utama dalam pemilihan jenis-jenis rempah tersebut adalah bahwa secara tradisional rempah-rempah tersebut telah terbukti secara turun temurun dapat digunakan sebagai rempah yang mampu meningkatkan fungsi kekebalan tubuh," katanya.

Untuk memudahkan konsumsi tujuh jenis rempah ini, lanjut dia, komunitas Indonegri mengemasnya menjadi produk yang sudah dikapsulkan. Anticovid dibuat dalam bentuk simplisia agar tidak menghilangkan nilai gizi yang terkandung di dalam bahan baku.

Selain senyawa aktif, yang meminum obat ini juga akan memperoleh zat gizi lain berupa vitamin dan mineral untuk menunjang imunitas tubuh. Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor : HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, Sulfahri memastikan jika Anticovid yang dibuat oleh Komunitas Indonegri merupakan obat tradisional kategori Jamu.

"Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan pembuktian empiris atau turun temurun. Maka berdasarkan peraturan di atas, logo jamu pada kemasan herbal Anticovid menjelaskan bahwa obat ini tidak memerlukan uji praklinis maupun uji klinis," katanya.

Sementara itu, Chief Communication Officer Indonegri, Dery Isfandriyati mengatakan jika sudah cukup banyak anggota komunitas yang merasa sangat terbantu setelah mengkonsumsi herbal Anticovid.

"Obat ini dirasa mampu menghilangkan gejala flu biasa maupun COVID-19 yang hampir mirip. Seperti sakit tenggorokan, demam, maupun sesak tanpa ada efek samping," katanya.

Saat ini, kata dia, produk herbal Anticovid masih sebatas pada pemenuhan internal komunitas dan belum dapat dikomersialkan secara bebas. Siti Mushlihah sebagai Founder juga menambahkan bahwa dia bersama tim telah bersiap untuk mengurus izin BPOM untuk herbal Anticovid agar bisa dimanfaatkan secara luas.

sumber : antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement