Rabu 01 Apr 2020 18:52 WIB

Gunakan APD, Tim Barzah Siap Antar Jenazah PDP Corona

Tim Barzah beberapa kali menerima penolakan pengantaran jenazah PDP Corona

Tim Manajemen Barzah Dompet Dhuafa sedang memindahkan jenazah pasien PDP Corona ke dalam ambulans
Foto: Dompet Dhuafa
Tim Manajemen Barzah Dompet Dhuafa sedang memindahkan jenazah pasien PDP Corona ke dalam ambulans

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Seiring menambahnya jumlah korban dari pasien positif virus Corona (Covid-19) dan kasus meninggalnya seseorang terindikasi suspect virus Corona (Covid-19) maka itu perlu tindakan khusus bagi para pelayanan manajemen jenazah, (Rabu, 1/4).

Kepala Layanan Barzah Budaya, Dakwah dan Layanan Masyarakat Dompet Dhuafa, Madroi mengatakan penanganan terhadap jenazah pasien suspect virus Corona (Covid-19) memang berbeda dengan jenazah pada umumnya. Sehingga tim manajemen Barzah (Badan Pemusalaran Jenazah) harus memastikan perlengkapan hingga tata cara mensholatkannya harus benar-benar sesuai prosedur yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. 

Selain itu tim diwajibkan memakai Alat Pelindung Diri (APD) sesuai aturan penanganan jenazah Corona (Covid-19). Pengurusan jenazah pasien Covid-19 harus dilakukan oleh petugas kesehatan pihak rumah sakit yang telah ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Termasuk bila mensholatkan jenazah, tidak banyak yang bisa mengikuti proses tersebut, Dokter dan Tim Medis rumah sakit tersebut yang melakukannya. Tidak ada keluarga maupun kerabat yang mengikuti proses tersebut karena untuk keamanan.

“Kemarin Sabtu (28/03) pukul 18.00 kami dapat kabar dari pihak RS RST Dompet Dhuafa bahwa ada pasien dengan suspect Corona (Covid-19), meninggal di ruang ICU setelah dua hari perawatan. Ini baru diduga kena Corona (Covid-19), belum pasti dia positif Covid-19, karena hasil tes baru bisa keluar dua hari kemudian, meski baru dengan dugaan terjangkit, kami harus tetap menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai aturan penanganan jenazah Corona (Covid-19) sesuai anjuran dari Kementerian Agama”, lanjut Ustz Madroi.

Ia mengatakan setelah diberikan penjelasan kepada pihak keluarga, pihak keluarga mau menerimanya. Jenazah kemudian ditangani oleh tenaga medis di RS RST Dompet Dhuafa. "Setelah rapih jenazah dimasukan ke dalam kantong jenazah lalu dibawa Ambulans Barzah Dompet Dhuafa dengan tim yang sudah menggunakan standar APD ke TPU terdekat dari rumah duka, usai pemakaman tim Barzah melakukan sterilisasi dengan disinfektan ke seluruh perangkat yang digunakan termasuk armada” tutur Ust Madroi.

Beda hal tersebut, ada sebagian menolak jenazah untuk kembali ke lingkungannya, hal ini tim Barzah alami pada Senin lalu (30/03). Tim dengan APD lengkap membawa jenazah merupakan salah satu orang yang termasuk dalam kategori PDP. Kendati demikian penyebab kematiannya bukan karena virus Corona (COVID-19).

"Pasien tersebut belum positif terjangkit virus corona. Namun penyebabnya ialah masalah komplikasi penyakit yang lain," terang Ustad Madroi selaku Kepala Layanan Barzah Dompet Dhuafa. 

Dan masalah lainnya yang muncul ialah salah satu warga yang satu wilayah dengan jenazah menuturkan kepada tim, bahwa mereka meminta jangan dibawa kembali ke rumahnya. Alias mereka menolak. 

"Mirisnya saat jenazah yang masih dalam penanganan Tim Barzah di rumah sakit. Kami mendapatkan panggilan dari ketua lingkungan di mana pasien tersebut tinggal. Ketua lingkungan tersebut menyampaikan bahwa warga setempat menolak jenazah di bawa pulang, karena khawatir akan ada penularan kepada lingkungan, " lanjutnya. 

"Berdasarkan aturan SOP penanganan jenazah COVID-19.  Jenazah memang tidak dibawa pulang dan langsung dibawa ke pemakaman. Hanya saja saya cukup menyayangkan sikap warga tersebut. Walaupun kami memaklumi sikap ketakutan tersebut," ungkapnya.

Ustad Madroi melanjutkan hingga kini mereka juga terus melakukan sosialisasi penanganan pasien yang terpapar COVID-19. Baik yang memang sudah terpapar atau masih terduga. Karena masih banyak yang warga merasa khawatir apabila salah satu warga setempatnya terjangkit virus tersebut. Sampai pada taraf tertentu terkesan diskriminatif. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement