Selasa 31 Mar 2020 00:45 WIB

Dodi Persilakan Guru Ajarkan Materi Sosialisasi Covid19

Belajar di rumah bagi siswa semata demi keselamatan dan kesehatan siswa.

Rep: Maman Sudiaman/ Red: Agus Yulianto
Inan, siswi SLTP 6 Sekayu, tetap mengikuti pelajaran dengan sistem pembelajaran jarak jauh ( PJJ).
Foto: Diskominfo Kabupaten Muba
Inan, siswi SLTP 6 Sekayu, tetap mengikuti pelajaran dengan sistem pembelajaran jarak jauh ( PJJ).

REPUBLIKA.CO.ID, SEKAYU - - Siswa SD, SLTP dan SLTA di Kabupaten Musi Banyuasin belajar di rumah hingga 13 April mendatang. Langkah ini diambil demi memutus mata rantai penyebaran virus Covid19 di Muba.

Perpanjangan masa belajar di rumah ini dilakukan secara serius oleh sejumlah sekolah di Muba. Sesuai himbauan Bupati Musi Banyuasin, Dodi Reza Alex langkah belajar di rumah bagi siswa semata demi keselamatan dan kesehatan siswa ajar. 

Untuk sistem pembelajaran para siswa, Pemkab Muba melalui Disdikbud memberikan kebebasan kepada sekolah sesuai situasi dan kondisi siswa ajar dan wilayah. "Higga saat ini kita ambil kebijakan sesuai edaran Kemendikbud, tim gugus tugas dan arahan Bupati Muba, siswa belajar di rumah dan masuk sekolah lagi pada Senin, 13 April mendatang. Ini keuputusan sampai saat ini dan akan diperbarui sesuai kondisi," terang Kadisdikbud Muba, Musni Wijaya, Senin, (30/3).

Dirinya juga memberikan kebebasan untuk sistem pembelajaran siswa. Pihaknya, mengutamakan materi belajar tentang apa itu virus corona, bagaimana sifatnya, hingga pola pencegahan.

"Selain tugas rutin pelajaran semisal matematika dan lainnya, siswa juga diberi pengertian sekaligus sosialisasi virus Covid19," kata Musni.

Anjuran dan kebebasan sistem pembelajaran ini terbukti diikuti sejumlah sekolah di Muba. Ada yang melakukan sistem belajar dengan video conference, sistem grup WhatsApp sekolah dan ada yang melalui pesan singkat dan media sosial lainnya. 

Inan, siswi SLTP 6 Sekayu, tetap mengikuti pelajaran dengan sistem pembelajaran jarak jauh ( PJJ). "Caranya, kami terhubung lewat grup WhatsApp sekolah. Guru mengabsen sesuai pelajaran setiap harinya. Kami diberi tugas dan mengerjakan soal di buku tulis. Selanjutnya difoto dan hasil jawaban atau tugas itu kami kirimkan kepada guru kelas," kata dia saat ditemui sedang belajar di depan laptop, Senin.

Cara tersebut, menurutnya, nyaman dan tidak masalah. "Hanya kurang biasa saja. Juga tidak seseru bejalar di kelas. Tapi kita kan ikut anjuran Pemkab Muba lewat Dikbud Muba. Begitu kata guru kami," tambah dia. 

Di SD IT Anuriyah, Sekayu sistem serupa juga dilakukan. Siswa diberi tugas dan diharuskan mengikuti jadwal yang telah ditetapkan. Hanya saja, PJJ di SDIT tidak seketat di tingkat SLTP. 

"Bun, semoga anak-anak  tetap mengikuti kelas online. Walau telat ngumpul. Ikuti saja kelasnya agar anak-anak tidak telat materinya. Jadi seandainya nanti ujian kenaikan diambil dr portofolio anak, guru-guru ada bukti tugas anak-anak," tulis seorang guru dalam grup WA sekolah pada Jumat lalu. 

Sedangkan untuk tugas ketrampilan atau prakarya, sejumlah sekolah menerapkan sistem kerjasama PJJ secara jujur dan terbuka. "Kami dikasih tugas membuat video, poster dan ajakan sosialisasi pencegahan virus Covid19. Nah sejak proses awal, setengah jadi hingga rampung kami abadikan. Semua urutan kerja kami posting kepada guru. Jadi bukan hanya hasil yang dinilai tapi metode, keaslian dan kejujuran mengerjakan tugas sepertinya ikut dinilai," tutur Rani. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement