Senin 30 Mar 2020 21:10 WIB

Penyebab Tubuh Manusia Menjadi Lebih Pendek Seiring Penuaan

Tubuh manusia menjadi lebih pendek seiring bertambahnya usia.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Lansia. Tubuh manusia menjadi lebih pendek seiring bertambahnya usia.
Foto: Antara/Novrian Arbi
Lansia. Tubuh manusia menjadi lebih pendek seiring bertambahnya usia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penuaan sangat berpotensi menyebabkan berkurangnya penglihatan, pendengaran, dan ingatan seseorang. Efek lainnya adalah penyusutan tinggi badan. Karena sejumlah faktor, sebagian besar orang menjadi lebih pendek saat lanjut usia.

Kehilangan tinggi badan yang signifikan diakibatkan perubahan tulang, otot, persendian, dan jaringan lain dalam tubuh. Profesor madya di Sekolah Olahraga, Kesehatan, dan Ilmu Sosial Universitas Solent di Inggris, Adam Hawkey, mengulas deretan faktor itu.

Baca Juga

Menyusutnya otot yang berkaitan dengan usia secara ilmiah disebut sebagai sarkopenia. Hawkey mengatakan, gejala itu mulai terjadi sejak usia 30-an. Seseorang kehilangan massa otot dengan laju sekitar tiga sampai lima persen tiap dekade.

"Yang menjadi perhatian khusus adalah otot-otot yang bertanggung jawab untuk menjaga tubuh dalam posisi tegak. Pengurangan kemampuan otot untuk mempertahankan postur dapat membuat seseorang menjadi bungkuk dan terlihat lebih pendek," tutur Hawkey.

Penyebab lain menyusutnya tinggi badan adalah kesehatan tulang. Penyangga tubuh itu memiliki jaringan ikat yang sangat kompleks serta dapat menyesuaikan ukuran dan bentuk sebagai respons terhadap beban mekanis. Sepanjang hidup, tulang selalu berubah.

Manusia melewati tahap pertumbuhan dan mendepositokan tulang dengan begitu cepat. Sekitar 90 persen massa tulang mencapai puncak pertumbuhan pada usia remaja akhir, kemudian terus melambat sampai seseorang mencapai pertengahan usia 20-an.

Pada usia 35-40 tahun, seseorang kehilangan lebih banyak tulang daripada yang dihasilkan. Akumulasi itu dapat menyebabkan osteoporosis, kondisi di mana massa tulang sangat rendah dan kerapuhan tulang terus memburuk.

Faktor-faktor demikian memperbesar risiko patah tulang. Kondisi tersebut juga menyebabkan orang yang berusia paruh baya dan lanjut usia kerap merasa nyeri di pinggul, lengan bawah, serta tulang belakang yang turut mengubah postur.

Untuk melindungi diri dari sarkopenia dan osteoporosis, Hawkey menyarankan untuk melakukan olahraga teratur sejak dini. Penelitian menunjukkan bahwa menjaga kekuatan tulang di masa muda menawarkan perlindungan saat sudah mencapai usia yang lebih tua.

"Sebagian besar penurunan berat badan ditentukan oleh gen, tetapi ada pula faktor gaya hidup yang bisa dijaga untuk membantu menjaga tinggi badan serta mengurangi efek penuaan terhadap kesehatan," ujarnya, dikutip dari laman IFL Science.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement