Senin 30 Mar 2020 10:29 WIB

Muslim di India Bantu Kremasi Jenazah Tetangganya Umat Hindu

Muslim di India membantu kremasi jenazah Hindu saat negara chaos.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Muslim India membantu kremasi jenazat umat Hindu, Ilustrasi Suasana sepi di jalanan Mumbai, India, Wednesday, Rabu (25/3).
Foto: Rafiq Maqbool/AP
Muslim India membantu kremasi jenazat umat Hindu, Ilustrasi Suasana sepi di jalanan Mumbai, India, Wednesday, Rabu (25/3).

REPUBLIKA.CO.ID, MEERUT – Kerumunan umat Muslim yang mengenakan peci putih dan coklat sontak membuat para masyarakat, di Bulandshahe, India kaget. 

Betapa tidak? Kumpulan orang Muslim ini datang untuk melayat dan membantu membawa mayat umat Hindu untuk dikremasi. 

Baca Juga

Dilansir di Times of India, Senin (30/3), Ravi Shankar, di akhir usia 40-an, telah meninggal pada Sabtu (28/3) sore setelah perjuangan panjangannya dalam melawan kanker. 

Ravi dirawat di rumahnya di daerah Anand Vihar, Andandiri Bulandshar. Saat wafat, dia meninggalkan istri dan empat anaknya. Di tengah kaos negara akibat lockdown, istri Shankar yang bingung tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa.  

Saat itulah sekelompok tetangga Muslimnya mendekati keluarga itu dan menawarkan untuk mengambil prosesi pemakaman. 

Segera, di tengah nyanyian Hindu, sejumlah Muslim di daerah itu mengangkat ranjang tempat mayat itu berbaring dan membawanya ke ghat untuk upacara terakhir.  

Video pemakaman segera menjadi viral di platform media sosial, menarik pujian dari ratusan pengguna. Kremasi berlangsung sesuai dengan ritual dan praktik Hindu. 

"Orang-orang dari seluruh daerah maju untuk mendukung keluarga. Komunitas-komunitas lain seperti Islam selalu berdiri bersama saat dibutuhkan," kata Mohammed Zubaid, seorang penduduk setempat.   

Sebagaimana diketahui, kaos terjadi di India usai pemerintahnya menerapkan kebijakan lockdown, Sabtu (28/3). Warga menyerbu toko-toko makanan dan berkumpul di tempat-tempat publik akibat kurangnya sosialisasi dan instruksi jelas Pemerintah India.    

"Mengingat kondisi yang berlaku, orang enggan untuk keluar rumah. Dan dalam kasus kematian, orang lebih berhati-hati, tidak mau mengambil bagian dalam pertemuan besar. Tapi di sini orang ke luar dalam jumlah besar meskipun mereka berusaha menjaga jarak sosial , "kata seorang warga lainnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement