Sabtu 28 Mar 2020 11:22 WIB

Virus tak akan Menular tanpa Izin Allah

Takdir dibagi dua, yaitu takdir yang tidak bisa ditolak dan takdir bisa memilih.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Ani Nursalikah
Virus tak akan Menular tanpa Izin Allah
Foto: ANTARA/Mohammad Ayudha
Virus tak akan Menular tanpa Izin Allah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang Muslim wajib meyakini setiap kejadian yang terjadi di alam semesta ini termasuk wabah Covid-19 merupakan bagian dari ketentuan Allah SWT. Keyakinan ini merupakan salah satu dari enam rukun iman, yaitu iman kepada takdir Allah SWT.

Hanya saja, kata Isnan Ansory dalam bukunya Fiqih Menghadapi Wabah Penyakit, keyakinan ini bukan berarti seseorang pasrah tidak memiliki kehendak untuk memilih. Sebab takdir Allah atas manusia, dapat dibedakan menjadi dua.

Baca Juga

"Yaitu takdir yang manusia tidak dapat menolaknya dan takdir yang manusia diberikan kehendak untuk memilih atau ikhtiar," katanya.

Hal ini sebagaimana ditegaskan di dalam surah Al-Hadid ayat 22-23 yang artinya. "Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri."

Isnan menerangkan, pada ayat 22, Allah menegaskan apa yang terjadi di alam semesta, semuanya merupakan kehendak Allah yang mutlak, di mana manusia tidak bisa menolaknya. Konsep takdir ini, dalam ilmu akidah disebut dengan taqdir kauni atau taqdir mubrom.

Sedangkan pada ayat 23, Allah menjelaskan manusia dapat terklasifikasikan menjadi dua kelompok dalam menyikapi taqdir kauni, yaitu antara pihak yang terpuji dan pihak yang

tercela. Pilihan yang ditetapkan Allah atas manusia ini, dalam ilmu akidah disebut dengan taqdir syar’i atau taqdir ghoiru mubrom.

Isnan mengatakan, virus corona yang merupakan penyakit sedang mewabah ini tidak akan menular tanpa izin Allah. Hal itu, kata dia, berdasarkan klasifikasi taqdir di atas, maka dapat disimpulkan penyakit, kematian, rizki dan ketetapan-ketetapan yang Allah telah taqdirkan atas manusia dan manusia tidak dapat memilihnya (musayyar) merupakan keyakinan mendasar seorang Muslim yang akidahnya benar terhadap kemahakuasaan Allah.

"Atas dasar inilah, seorang Muslim wajib meyakini tertularnya seseorang atau tidak, itu semua atas dasar kehendak Allah SWT," katanya.

Isnan, memastikan, jika Allah pencitpa alam semesta ini berkehendak, maka tidak akan seorangpun dapat jatuh ke dalam suatu bahaya jika telah ditetapkan bahwa ia akan diselamatkan. Allah berfirman dalam At-Taubah ayat 51 yang artinya. "Katakanlah, sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal."

Namun, kata Isnan, taqdir Allah yang bersifat kauni ini merupakan suatu rahasia Allah yang tidak bisa diketahui manusia. Maka atas dasar ini, Allah SWT memerintahkan kita bertawakkal sekaligus memilih jalan terbaik dalam menghindari setiap keburukan.

Dalam arti, seorang Muslim beralih dari taqdir kauni menuju taqdir syar’i, dengan mengambil sebab-sebab keselamatan yang dibolehkan oleh syariah. Keyakinan tentang dua jenis taqdir tersebut, jelas diterangkan dalam sunnah Rasululllah SAW.

“Tidak ada adwa (penyakit menular), tidak ada thiyarah dan hammmah (menyandarkan nasib pada burung), dan tidak ada shofar (menjadikan bulan shofar sebagai bulan sial); dan larilah dari penyakit lepra sebagaimana engkau lari dari kejaran singa. (HR. Bukhari).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement