Sabtu 28 Mar 2020 09:44 WIB

Petugas Medis: Wabah Ini Luar Biasa, Kami Juga Khawatir...

Setiap hari, mereka memeriksa satu sampai lima kapal asing untuk mencegah penularan.

Tim gabungan dari Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas I Banten dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Banten saat melakukan tugasnya.
Foto: Humas Ditjen Hubla
Tim gabungan dari Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas I Banten dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Banten saat melakukan tugasnya.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTEN -- Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan terus mengantisipasi penyebaran Coronavirus (Covid 19) dari luar negeri yang masuk ke Indonesia melalui pintu-pintu sarana transportasi baik bandara maupun pelabuhan. 

Sejumlah langkah antisipasi telah disiapkan oleh Kementerian Perhubungan cq. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut bekerja sama dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)  yang memperketat pengawasan kesehatan penumpang dan Anak Buah Kapal (ABK) kapal asing yang masuk ke pelabuhan di Indonesia.

"Kapal berbendera asing yang masuk ke pelabuhan di Indonesia akan lego jangkar di wilayah karantina yang telah ditentukan oleh syahbandar setempat dan tim gabungan menggunakan speed boat yang terdiri dari petugas syahbandar dan petugas medis KKP akan melakukan pemeriksaan terlebih dulu untuk memastikan para penumpang dan ABKnya terbebas dari Covid-19 sebelum kapal tersebut berlabuh di dermaga pelabuhan," ujar Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Capt. Wisnu Handoko, Sabtu (28/3) di Jakarta.

Tim gabungan dimaksud saat melakukan pemeriksaan kesehatan diwajibkan menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD) mengingat virus Covid-19 yang sifat penyebarannya yang cepat dan berbahaya dan syahbandar bertugas memastikan tim gabungan tersebut menggunakan APD dimaksud saat bertugas.

Perjuangan tim gabungan saat memeriksa penumpang dan ABK Kapal asing di zona karantina tentunya memiliki cerita berkesan dimana perjuangan dan kegigihan melakukan tugas tersebut butuh pengorbanan yang tentunya sangat berisiko terhadap keselamatan para petugas yang tergabung dalam tim tersebut.

Seperti yang dialami oleh tim gabungan dari Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas I Banten dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Banten saat melakukan tugasnya menjadi garda terdepan menjaga wilayah dari masuknya Covid-19.

Koordinator wilayah kerja Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Barang pada Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Banten, dr. Budiman menceritakan pengalamannya beserta tim yang telah berjuang selama 2,5 bulan untuk memastikan pencegahan masuknya Covid-19 melalui jalur laut khususnya di Banten.

"Perjuangan dokter dan petugas kesehatan serta petugas Syahbandar di pelabuhan yang ada di Banten tidak pernah berhenti dalam memerangi virus Covid-19. Kami siap dan rela berkorban menghadapi situasi apapun untuk menjaga negara dari masuknya virus Covid-19," ujar dr. Budiman singkat.

Menurutnya, tidak mudah memang memerangi virus Covid-19 yang masuk melalui jalur laut karena banyaknya kapal asing yang singgah di pelabuhan dan dalam hal ini kapal asing tersebut harus lego jangkar di wilayah karantina sebelum sandar di dermaga pelabuhan. 

Petugas medis adalah petugas pertama yang naik kapal asing untuk melakukan pemeriksaan kesehatan baru diikuti petugas syahbandar untuk melakukan pengecekan dokumen kapal. Sebelumnya, tim menggunakan speed boat menuju wilayah karantina kapal asing tersebut dimana dokter dan petugas medis harus menerjang gelombang ombak dan angin yang tidak dikatakan bersahabat.

"Namun, dengan niat tulus dan tanpa pamrih demi misi kemanusiaan, mereka tanpa ragu naik tangga "monyet" - tangga kecil dari kayu dengan pegangan tali untuk ke atas kapal guna melakukan mekanisme pemeriksaan kesehatan ABK kapal demi memastikan kapal dinyatakan bebas Covid 19 dan bisa sandar di pelabuhan," ujar dr. Budiman.

Namun demikian, dokter dan petugas medis juga manusia biasa. Ada rasa takut dan khawatir karena sebagai garda depan negara paling berpotensi terpapar Covid-19.

“Hampir semua merasakan itu. Rasa takut, khawatir baik petugas laki-laki dan perempuan, itu ada. Itu sangat manusiawi. Tapi memang inilah risiko kami. Kita harus kuat, kita harus bisa sehat,” ujar dr. Budiman.

Baik dr. Budiman, dokter lain dan petugas medis di pelabuhan tetap berpegang teguh pada tugas dan fungsinya sebagai garda depan negara. Setiap hari, mereka memeriksa satu sampai lima kapal asing untuk mencegah penularan virus Covid 19. Bahkan terkadang, petugas harus bolak-balik naik kapal di area yang berbeda-beda di tengah cuaca Perairan Selat Sunda yang kerap tidak menentu. Terkadang cuaca bisa stabil namun juga tiba-tiba buruk diterjang hujan dan gelombang tinggi.

Ia mengaku, rasa khawatir di tengah menjalankan tugas memeriksa kapal asing selalu saja ada. Bahkan, ada kala rekannya sempat berucap sampai kapan perang melawan Covid-19 berakhir.

“Kita semua petugas merasakan. Tapi kita memeriksa dengan kewaspadaan penuh. Jangan sampai tertular dan menulari baik dari alat angkut, dari orang bahkan dari diri sendiri. Karena yang paling berisiko adalah kita. Dan paling pertama dan diujung tombak, adalah kita, hold quarantine,” tutur dr. Budiman yang telah bekerja 23 tahun di KKP Banten.

Meski demikian, ia selaku koordinator tidak pernah berhenti untuk menyemangati dan memberi motivasi kepada rekannya. Karena yang dijalankan adalah tugas mulia untuk menjaga keamanan negara.

“Saya selalu melakukan breafing setiap pagi hari. Pesan saya, bagaimanapun kita garda terdepan untuk menjaga kesehatan negara, sebagai pegawai Quarantine. Dalam konsekuensi logis, harus dibarengi dengan keikhlasan dan semangat serta penugasan kerja teknis kita,” paparnya.

Meski telah memotivasi, ia sendiri mengaku, kekhawatiran itu juga datang pada dirinya bahkan keluarga. Yang selalu diingatnya, pesan dari sang istri untuk selalu berdoa dan menjalankan prosedur sebaik-baiknya dalam menjalankan tugas. “Selalu hati-hati pak. Wabah ini luar biasa, bisa menjangkiti siapa saja. Apalagi ayah yang ada di garda terdepan,” ujar ayah dua anak ini yang selalu mengingat pesan istrinya setiap berangkat kerja.

Sebagai seorang dokter, dia berpesan, agar masyarakat mengikuti instruksi yang disampaikan Pemerintah. Masyarakat diimbau untuk diam dirumah, bekerja dari rumah. Biarkan petugas medis dan petugas Syahbandar di lapangan yang bekerja melawan Covid-19. Ia mengajak seluruh masyarakat di Banten untuk sama-sama melawan virus Covid-19.

“Di situasi seperti ini, masyarakat biarkan di rumah. Biar kami yang bekerja, biar kami yang bergerak. Karena kami sangat terbantu dengan masyarakat yang berada di rumah. Mohon berdoa kepada Yang Maha Kuasa, bantu kami dengan doa agar wabah ini segera berlalu dan kita dapat kembali beraktivitas seperti biasa lagi. Indonesia pasti bisa!,” ucapnya.

Sebagai informasi, Ditjen Perhubungan Laut telah melakukan sejumlah aksi terkait antisipasi penyebaran virus Corona di Indonesia melalui pelabuhan sejak pertama kali Virus Covid-19 merebak di dunia. Tercatat, sejak itu Ditjen Perhubungan Laut bekerjasama dengan BUMN Pelabuhan dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) memperketat pemeriksaan kesehatan penumpang dan telah menerbitkan Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor SE 8 Tahun 2020 tentang Langkah Siaga Hadapi Penyebaran Virus Corona di Wilayah Pelabuhan Indonesia sebagai tindaklanjut dari adanya Surat Edaran International Maritime Organization (IMO) atau IMO Circular Letter Nomor 4204 tanggal 31 Januari 2020 tentang tindakan pencegahan dan penularan Virus Corona atau Novel Coronavirus (2019-nCOV).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement