Sabtu 28 Mar 2020 07:30 WIB

Musibah Terbesar Bagi Umat: Wafatnya Nabi Muhammad

Ketika Nabi Muhammad wafat semuanya menjadi gelap.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Musibah Terbesar Bagi Umat: Wafatnya Nabi Muhammad.
Foto: Republika.co.id
Musibah Terbesar Bagi Umat: Wafatnya Nabi Muhammad.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada usia Nabi yang ke-40 tahun, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengutus Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi sa sallam sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Namun, kematian Nabi disebutkan sebagai musibah terbesar bagi umat.

Dalam buku Inilah Faktanya yang ditulis oleh Utsman bin Muhammad al-Khamis disebut dunia seolah-olah diliputi kegelapan saat musibah ini terjadi. Hal ini disiratkan oleh sabda Nabi SWT.

Baca Juga

"Jika salah seorang di antara kalian ditimpa musibah maka hendaknya dia membandingkan musibahnya itu dengan musibah berupa kematianku karena kematianku adalah musibah terbesar." (Dari Ath-thabaqatul Kubra, hadist tersebut dishahihkan oleh al-Allamaj al-Albani dalam Sisilatul Ahadits ash-Shahihah).

Sementara itu, Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata, "Ketika Rasulullah tiba di Madinah, segala sesuatu menjadi bersinar. Namun, ketika beliau wafat, semuanya menjadi gelap. Belum sempat kami mengusap tangan kami--ketika kami tengah mengubur beliau--kami sudah mendapati hati kami tidak seperti (semurni) sebelumnya." (Dari Jami'ut Tirmidzi, kitab Al-Manaqib 'an Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, Sunan Ibni Majah kitab Al-jana-iz).

 

Setelah wafatnya Rasulullah, Abu Bakar berkata kepada Umar bin Khattab, "Mari kita berkunjung ke rumah Ummu Aiman seperti dahulu Rasulullah mengunjunginya." Sesampainya mereka di sana, Ummu Aiman menangis. Abu Bakar dan Umar bertanya, "Apa gerangan yang membuatmu menangis? Sungguh, apa yang didapat Rasulullah di sisi Allah lebih baik bagi beliau."

Ummu Aiman berkata, "Aku menangis bukan karena tidak tahu apa yang didapat Rasulullah di sisi Allah lebih baik bagi beliau. Namun, aku menangis karena wahyu dari langit berhenti turun (seiring dengan wafatnya Nabi)." Ummu Aiman menggugah hati dua sahabat ini hingga terharu, sampai mereka menangis bersamanya. (Shahih Muslim dari kitab Fadha-ilush Shahabah).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement