Sabtu 28 Mar 2020 06:29 WIB

Pakar Terangkan Cara Baca Hasil Tes Cepat Covid-19

Tes cepat Covid-19 menggunakan sampel darah dengan basis antibodi.

Petugas medis menyemprotkan cairan antiseptik pembersih tangan kepada wartawan saat menjalani Tes Diagnostik Cepat (Rapid Diagnostic Test) Covid-19 di Ruang Tengah Balaikota Bandung, Kota Bandung, Jumat (27/3). Sedikitnya 37 wartawan dari berbagai media massa menjalani Tes Diagnostik Cepat (Rapid Diagnostic Test) Covid-19 untuk memastikan tidak terpapar virus Corona (Covid -19) setelah Wakil Walikota Bandung dinyatakan positif Covid-19 pada Senin (23/3)
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petugas medis menyemprotkan cairan antiseptik pembersih tangan kepada wartawan saat menjalani Tes Diagnostik Cepat (Rapid Diagnostic Test) Covid-19 di Ruang Tengah Balaikota Bandung, Kota Bandung, Jumat (27/3). Sedikitnya 37 wartawan dari berbagai media massa menjalani Tes Diagnostik Cepat (Rapid Diagnostic Test) Covid-19 untuk memastikan tidak terpapar virus Corona (Covid -19) setelah Wakil Walikota Bandung dinyatakan positif Covid-19 pada Senin (23/3)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar sekaligus praktisi kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB menjelaskan cara membaca hasil tes cepat Covid-19 yang mudah diketahui oleh masyarakat. Caranya yakni dengan membedakan dua indikator status positif.

Ari dalam keterangannya kepada media di Jakarta, Jumat (27/3), mengungkapkan bahwa alat tes cepat yang dipesan pemerintah menggunakan sampel darah dengan basis antibodi seseorang yang muncul apabila terdapat infeksi.

Baca Juga

Dia memaparkan penggunaan alat tes cepat yang dipesan pemerintah sebenarnya cukup mudah dilakukan dengan meneteskan sampel darah pasien pada alat tes. Prinsip kerjanya, alat tes cepat tersebut mirip dengan alat tes kehamilan yang biasa digunakan untuk mengetahui status kehamilan dengan menggunakan urine.

Pada alat tes cepat Covid-19 tersebut terdapat tiga garis indikator yang ditandai dengan C, IgM, dan IgG. Hasil tes bisa muncul dalam kisaran waktu 15 menit setelah sampel darah dilakukan.

"Jika setelah 15 menit tidak ada satu garis pun yang muncul dari ketiga indikator, maka tes dinyatakan gagal dan harus diulang. Sementara bila hasilnya terdapat garis pada indikator C, berarti hasilnya negatif," katanya yang juga Dekan Fakultas Kedokteran UI.

Namun Ari menjelaskan hasil negatif tersebut belum tentu menyatakan bahwa seseorang itu benar-benar negatif. Karena antibodi tubuh bisa saja belum terbentuk meskipun sudah ada infeksi. Immunoglobulin akan muncul setelah enam atau tujuh hari tubuh terinfeksi oleh virus.

Dia menyebut masa tersebut dalam masa window periode atau masa dimana antibodi tubuh belum terbentuk setelah ada infeksi. Sehingga orang yang mendapatkan hasil negatif harus dites ulang dalam 10 hari mendatang untuk memastikan apakah benar-benar negatif.

Sementara apabila garis muncul pada indikator immunoglobulin M atau IgM, menunjukkan bahwa seseorang berada dalam fase awal infeksi. Jika garis muncul pada dua indikator yaitu IgM dan IgG, maka pasien sedang berada pada fase infeksi aktif.

Sementara jika yang muncul hanya garis pada indikator IgG, dapat diartikan pasien berada pada fase akhir infeksi hingga sembuh atau pernah memiliki riwayat terinfeksi COVID-19.

Ari mengatakan meskipun hasil tes cepat menunjukkan positif, namun tetap harus dilakukan konfirmasi melalui tes molekuler di laboratorium.

Pemerintah menyatakan menyiapkan satu juta alat tes cepat untuk melakukan pemeriksaan pada banyak orang. Kelompok yang diprioritaskan adalah tenaga kesehatan dan orang dalam pemantauan (ODP) yang pernah melakukan riwayat kontak dengan pasien positif Covid-19 di Indonesia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement