Sabtu 28 Mar 2020 03:08 WIB

Tahun Ini, Earth Hour Diadakan di Rumah dan Virtual

Earth Hour 2020 digelar secara virtual, tiap warga bisa berpartisipasi di rumah.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Relawan dari World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia menyalakan lilin saat perayaan Earth Hour di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (30/3/2019). Tahun ini Earth Hour digelar virtual.
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Relawan dari World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia menyalakan lilin saat perayaan Earth Hour di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (30/3/2019). Tahun ini Earth Hour digelar virtual.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Di tengah pandemi Covid-19, yayasan WWF Indonesia tetap menggelar peringatan Earth Hour 2020. Bedanya, tahun ini, Earth Hour diselenggarakan secara virtual.

Mengangkat tema "Earth Hour di Rumah”, Indonesia akan bergabung dengan lebih dari 180 negara lainnya tetap melaksanakan peringatan Earth Hour. Peringatannya dilaksanakan serentak di 33 kota di Indonesia dilakukan melalui aplikasi Instagram secara Live di akun @ehindonesia pada Sabtu, 28 Maret 2020 pukul 20.30 hingga 21.30 WIB.

Baca Juga

"Tahun ini kita melakukannya di rumah masing-masing dan secara virtual,” kata perwakilan komunitas Earth Hour Renny Widyanti dalam Konferensi Pers 2020 secara virtual melalui aplikasi Zoom, Jumat (27/3).

Baginya, Earth Hour berlaku setiap jam, setiap hari, sepanjang tahun. Renny mengatakan tekad bersatu untuk melindungi keanekaragaman hayati di Indonesia dan merawat planet Bumi belum pernah sebesar saat ini.

“Kita harus menjaga momentum ini dan kami anak muda berusaha untuk berkontribusi nyata,” ujar dia.

Namun, penyebaran virus Covid-19 memaksa untuk menghindari pertemuan publik secara massif dan terbuka, sehingga perayaan dilakukan secara virtual untuk Earth Hour sambil memperbarui komitmen untuk planet Bumi. Renny mengatakan, warga dunia harus saling menjaga rumah satu-satunya yang  dimiliki.

"Mari angkat suara kolektif kita untuk memastikan masa depan bumi yang lebih bersih, sehat, aman, adil hijau, lestari, dan berkelanjutan,” kata Renny.

Dimulai melalui gerakan yang disimbolkan pemadaman lampu atau dikenal dengan switch-off pada 2007, kampanye global Earth Hour berkembang menjadi salah satu gerakan akar rumput terbesar di dunia.

Tiap tahun, dalam rangka menyambut Hari Bumi pada April, Earth Hour pada akhir Maret digaungkan mengangkat suara dan komitmen individu, pemerintah, pebisnis, dan organisasi mengenai isu-isu lingkungan. Plt CEO WWF-Indonesia Lukas Adhyakso menjelaskan, kondisi alam yang terus terdegradasi saat ini, menuju pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Hal itu yang mendorong kampanye Earth Hour 2020 berfokus pada pentingnya menekan laju penurunan keanekaragaman hayati, demi kesehatan bumi dan kesejahteraan mahluk hidup di dalamnya.

Lukas mengatakan, sebenarnya tahun ini akan ada setidaknya tiga pertemuan tingkat global membahas alam dan lingkungan yang akan mempengaruhi para pemimpin dunia dalam mengambil keputusan, serta langkah penting untuk keanekaragaman hayati, perubahan iklim, dan pembangunan berkelanjutan.

Tidak hanya melakukan kegiatan mematikan lampu, Earth Hour tahun ini memfasilitasi masyarakat menyuarakan harapan dan komitmennya melalui pengumpulan suara daring di laman https://www.wwf.id/voice-planet berjudul “Voice for the Planet.” Lukas mengatakan, setiap individu dapat memilih satu atau lebih isu-isu lingkungan yang menurutnya sangat mendesak, mulai dari sampah plastik, transportasi dan energi, satwa liar dan hutan, serta air dan pangan.

Dia berharap suara masyarakat yang terhimpun dapat menjadi basis dan fokus kerja bagi pemimpin negara dan pembuat keputusan, pemimpin perusahaan, lembaga, serta organisasi dalam merespon berbagai isu lingkungan. Melalui partisipasi masyarakat di kegiatan Earth Hour, serta peran serta individu melalui platform “Voice for the Planet”, dia meyakinkan bahwa orang-orang sudah membantu pemimpin negara dan dunia dapat menghasilkan keputusan yang mendukung perbaikan kesehatan, pelestarian bumi, serta mewujudkan kesejahteraan seluruh mahluk hidup.

“Kita juga wajib memaknai musibah ini (Covid-19) sebagai pengingat bahwa ketidakseimbangan dan kesehatan Bumi sudah dalam kondisi sangat memprihatinkan. Tempat tinggal kita ini hanya satu, kita harus serius menyelamatkannya,” ujar Lukas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement