Jumat 27 Mar 2020 16:47 WIB

Warga Yogyakarta Diingatkan Waspadai DBD

Pada Maret dan April 2020 akan menjadi puncak kasus DBD di Kota Yogyakarta.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD.
Foto: dinsos.jakarta.go.id
Nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Masyarakat perlu mewaspadai ancaman Demam Berdarah Dengue (DBD). Terlebih, di tengah-tengah ancaman Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti ini meningkat pada awal 2020.

Pakar serangga World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, Warsito Tantowijoyo mengingatkan, data Kementerian Kesehatan sejak 1-Januari-29 Februari telah terjadi 13.864 kasus DBD dengan 78 orang meninggal. Berbarengan musim hujan.

Bahkan, Kabupaten Sikka dan Kabupaten Belitung telah menetapkan kasus DBD ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Karenanya, ia menekankan, waspada terhadap ancaman DBD harus tetap jadi prioritas pada bulan-bulan mendatang.

Warsito memprediksi pada Maret dan April 2020 akan menjadi puncak kasus DBD di Kota Yogyakarta. Itu didasarkan data populasi Aedes aegypti yang telah mencapai puncaknya sekitaran Januari 2020, dan setelahnya populasinya turun.

"Berdasarkan pengalaman, musim tinggi penyakit DBD biasanya mulai terjadi 2-3 bulan pasca puncak populasi nyamuk, di sinilah perlu diwaspadai meningkatnya kasus DBD," kata Warsito, Jumat (27/3).

Data Dinas Kesehatan DIY, Januari-Februari 2020 terjadi 1.032 kasus dengan dua meninggal di Gunungkidul. Ada 333 kasus di Gunungkidul, 276 kasus di Bantul, 248 kasus di Sleman, 92 kasus di Kulonprogo, dan 81 kasus di Yogyakarta.

Peneliti Utama WMP Yogyakarta, Adi Utarini menyampaikan, pada 2016 lalu WMP mulai menitipkan ember berisi telur Aedes aegypti ber-Wolbachia di sebagian area Kota Yogyakarta. Tujuannya, melihat efektivitas pengendalian dengue.

WMP Yogyakarta menemukan Wolbachia efektif dalam penurunan angka DBD. Kasus DBD di daerah kuasi yang diintervensi dengan nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta menurun 74 persen dibandingkan wilayah yang tidak diintervensi.

"Analisis ini menunjukkan arah positif bahwa terdapat penurunan kasus demam berdarah di wilayah penitipan ember telur nyamuk ber-Wolbachia dibandingkan dengan wilayah pembanding," ujar Adi.

Epidemiologis WMP Yogyakarta, Citra Indriani, juga meminta masyarakat tidak ragu dan segera mengakses fasilitas kesehatan terdekat jika demam. Ia menilai, mayoritas puskesmas di Kota Yogyakarta saat ini sudah mendukung deteksi dini DBD.

"Deteksi dini penting untuk mengurangi keparahan dan penyebaran penyakit," kata Citra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement