Jumat 27 Mar 2020 13:42 WIB

Xi Jinping dan Trump Bahas Covid-19 Lewat Telepon

Pembicaraan dilakukan dalam upaya meredakan ketegangan antara China dan AS

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping. Pembicaraan dilakukan dalam upaya meredakan ketegangan antara China dan AS. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Andrew Harnik
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping. Pembicaraan dilakukan dalam upaya meredakan ketegangan antara China dan AS. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Para pemimpin negara ekonomi besar dunia, China dan Amerika Serikat (AS), dilaporkan berbicara melalui telepon. Pembicaraan dilakukan dalam upaya untuk meredakan ketegangan antara kedua negara terkait pandemi virus corona tipe baru atau Covid-19, Jumat (27/3). Keduanya sebelumnya telah bertemu secara maya dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa G-20 bersama 18 negara lainnya.

Media CCTV melaporkan bahwa Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump mengadakan pembicaraan khusus selepas KTT maya G-20 yang juga membahas soal pandemi Covid-19. Dalam sebuah cicitan pun, Trump mengatakan dirinya baru saja menyelesaikan pembicaraan yang sangat baik dengan Xi.

Baca Juga

"Membahas dengan sangat rinci soal virus corona yang merusak sebagian besar planet kita. China telah melalui banyak hal dan telah mengembangkan pemahaman yang kuat tentang virus. Kami bekerja sama dengan erat. Banyak hormat!" cicit Trump melalui Twitter resminya, Jumat.

Dalam konferensi video, Xi mendesak persatuan dan solidaritas dunia. Dia juga menyampaikan tiga pesan utama. Tiga pesan itu yakni memperkuat upaya internasional untuk menghentikan virus, menopang perekonomian di tengah keadaan yang sangat menurun, serta seruan halus pada AS untuk menghentikan langkah permusuhannya terhadap China.

"Virus tidak mengenal batas dan pandemi adalah musuh kita bersama. Semua negara harus bergandengan tangan dan membangun jaringan yang paling ketat untuk pencegahan dan pengendalian bersama [penyakit]," katanya dikutip South China Morning Post.

Pejabat China dan AS sebelumnya telah melakukan tuduhan perdagangan atas penanganan krisis dalam beberapa pekan terakhir. AS telah mengkritik China sebagai tempat wabah pertama kali dilaporkan. AS mengkritik China karena respons awal yang lambat dan upaya untuk membungkam orang-orang yang membuat khawatir tentang Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh coronavirus yang sebelumnya tidak dikenal. Namun Beijing mengatakan telah memberi tahu AS pada awal Januari.

Trump juga membuat marah Beijing dengan menggambarkan Covid-19 sebagai "virus China". Dia berhenti menggunakan istilah tersebut pekan ini setelah kritik terhadap rasisme.

AS kini melaporkan kasus infeksi corona yang melebihi angka China sebagai pusat wabah. Hingga Jumat (27/3), 85.377 kasus berada di seluruh AS, sementara Cina sejak Desember 2019 mencatat 81.340.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement