Jumat 27 Mar 2020 01:30 WIB

Sosiolog: Jaga Jarak Fisik Perlu Lebih Disosialisasikan

Jaga jarak fisik menjadi sesuatu hal aneh bagi bangsa Indonesia yang terbiasa akrab.

Sejumlah nasabah antre di Bank Mandiri Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (24/3/2020). Sejumlah perbankan di Kota Pekalongan menerapkan kebijakan pengaturan jarak atau
Foto: ANTARA/Harviyan Perdana Putra
Sejumlah nasabah antre di Bank Mandiri Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (24/3/2020). Sejumlah perbankan di Kota Pekalongan menerapkan kebijakan pengaturan jarak atau

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog yang juga dosen Universitas Indonesia Imam B Prasodjo mengatakan jaga jarak fisik untuk mencegah penularan virus corona penyebab Covid-19 perlu lebih banyak disosialisasikan.

"Jaga jarak perlu dilakukan terutama untuk mencegah percikan-percikan yang terjadi saat kita batuk, bersin, bahkan berbicara mengenai tubuh kita," kata Imam saat dihubungi di Jakarta, Kamis (26/3).

Imam mengatakan bangsa Indonesia adalah bangsa yang akrab sehingga penjarakkan fisik untuk mencegah penyebaran Covid-19 menjadi sesuatu hal yang aneh.

Dalam setiap kesempatan, masyarakat Indonesia terbiasa berkumpul dan bersilaturahmi sehingga penularan Covid-19 sangat mudah terjadi.

"Penularan Covid-19 tidak hanya bisa terjadi melalui batuk atau bersin saja. Virus corona juga bisa berpindah dari seorang perokok yang mengisap dan mengembuskan asap rokoknya," tuturnya.

Apalagi, para perokok juga sering bersosialisasi dengan merokok bersama-sama. Hal itu membuat virus corona semakin mudah terjadi.

"Padahal para ahli sudah banyak menyampaikan bahwa merokok meningkatkan risiko tertular virus corona. Seharusnya wabah virus corona ini juga bisa menjadi momentum para perokok untuk berhenti merokok," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement